Selasa, 01 Desember 2020

CATATAN PERJALANAN (SOLO-HIKING): GUNUNG SUMBING VIA MANGLI, KALIANGKRIK

 

CATATAN PERJALANAN (SOLO-HIKING): GUNUNG SUMBING VIA MANGLI

Oleh: Heri Jimanto



Salam jumpa sobat petualang. Kembali bertemu dalam sebuah cerita. Kali ini saya akan berbagi pengalaman sendirian mendaki Gunung Sumbing. Istilah kerennya adalah solo-ist dengan metode trail run atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan “Tek-Tok”.

Sedikit informasi bahwa Gunung Sumbing sebenarnya masuk wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Wonosobo, dan Temanggung, Jawa Tengah. Maka, tidak mengherankan bila gunung  ini memiliki banyak jalur. Tiap kabupaten memiliki jalur pendakian. Tentu saja, ada yang sudah resmi, tetapi ada pula yang masih ikut jalur penduduk saat ziarah. Oleh karena itu  gunung ini tidak pernah sepi dari kunjungan para pendaki atau peziarah. Kali ini aku akan berbagi pengalaman tentang pendakian Gunung Sumbing via Mangli, Kaliangkrik, Magelang.

 

Transportasi Menuju Basecamp Mangli

            Aku berasal dari Solo. Dengan mengendarai sepeda motor kumeliuk-liuk mengikuti alur jalanan Solo-Boyolali-Selo-Blabak-Magelang-Kaliangkrik. Sabtu, 28 November 2020, tepat pukul 04.00 aku memulai perjalanan dan petualangan ini. Karena aku pernah nanjak lewat Butuh-Kaliangkrik, maka dengan percaya diri aku langsung tembak ke Kaliangkrik. Sesampainya di pasar Kaliangkrik ternyata beda jalur, yang kutanya ternyata kurang paham jalur-jalur desa. Maka aku pun disarankan untuk putar balik lagi. Hingga akhirnya, sampai juga di BC sekitar pukul 06.15. Sebenernya, lokasi BC lebih mudah dicari dengan mengikuti GPS arah wisata “Highland Silancur”. BC tepat berada di atasnya. Sepanjang jalur antara Silancur-Mangli banyak sport-sport top selfy.



            BC lumayan ramai, karena pagi ini akan ada sosialisasi cara mencegah penularan covid-19. Sebenernya, BC itu ada di balai desa dan dikelola oleh karang-taruna, maka tidak mengherankan bila BC rame orang, selama 24 jam akan ada yang jaga (stand by). Apa lagi area sekitaran BC miskin sinyal sedangkan BC memiliki fasilitas wi-fi, otomatis banyak anak muda yang ikut nongkrong asik di situ.

            Bila berminat kesana bisa menghubungi mas Aryo (wa 081336352447), atau menghubungai IG @sumbingviamangli

 


Simaksi Pendakian

            Aku tiba di BC lalu disambut dengan ramah oleh pengelola. Diarahkan untuk parkir motor secara rapi. Kemudian disarankan untuk istirahat dulu, karena loket baru buka pada pukul 07.30. Masih 1 jam lebih. Akhirnya aku isi dengan ngobrol-ngobrol seputaran jalur pendakian dan pengelolaan BC. Hingga akhirnya aku diajak untuk menikmati suasana desa dari atas atap BC. Keren. Pagi-pagi ditemani sepoi angin pegunungan dengan melihat matahari yang baru nongol sambil melihat views kota Magelang yang berlatar pegunungan dan gunung-gunung lainnya. Mantap wis pokoke.

            Kusempatkan juga ke warung di sebelah BC, kalau tidak salah warung Pak Suratno atau warung mbak Tutik. Sambil ngopi asik, aku banyak berbagi dengan pemilik warung. Dan tak terasa waktu telah menunjuk angka waktu 07.50, aku pun pamitan. Segera mendaftar dengan mengisi buku tamu, form pendakian dan perbekalan yang dibawa. Lalu menyerahkan ke pengelola dengan disertai KTP asli dan surat sehat. Juga membayar Rp 15.000 untuk perhutani, Rp 10.000 untuk jalur pendakian dan Rp 10.000 untuk parkir 1 sepeda motor. Jadi total ongkos yang kukeluarkan sebesar Rp 35.000.

           




Ceritaku tentang Pendakian Gunung Sumbing Via Mangli (dalam bentuk dokumen vidio)

 


Ceritaku tentang Pendakian Gunung Sumbing Via Mangli (dalam bentuk tulisan)

            Setelah menitipkan jaket dan celana aku pun mendapatkan peta dan sedikit uraian jalur dengan segala medannya. Kudapati gambaran singkat mengenai total jarak yang harus kulewati, sekitar 7,1 km. Tetapi dapat dipangkas 1,3 km bila mau menggunakan jasa ojek. Berhubung perjalananku lumayan jauh, akhirnya aku putuskan untuk naik ojek sampai pos 1.

Ø  Basecamp - Pos 1

Dengan naik ojek, jarak tempuh 1,3 km hanya membutuhkan waktu 10 menit. Bila jalan kaki tentu akan membutuhkan waktu lebih. Dari BC menuju Pos satu jalur berupa jalan setapak seperti yang digunakan warga berupa batu - batu yang disusun dengan melewati ladang milik warga. Di ujung ladang tersebut akan menemukan Pos satu yang sekaligus merupakan batas antara ladang warga dan hutan. Sedangkan bila jalan kaki (kutapaki saat turun) akan menerobos setapak ladang dan tentunya tidak sampai 1,3 km. Papan penunjuk jalur cukup jelas, karena di tiap persimpangan atau percabangan papan penunjuk arah telah terpampang. Views sepanjang jalur antara BC-Pos 1 adalah keindahan ladang-perkebuan. Jalur ojek akan melewati tempat wisata “Sky Views” (semacam top selfy). Sedikit informasi bahwa ojek jalur ini juga ikut dikelola BC. Tariff naik Rp 25.000, sedangkan tariff turun sebesar Rp 20.000.

 

Ø  Pos 1 Kongsen - 2 Siruwet

Pos 1 merupakan perbatasan antara perkebunan-hutan. Tanah lapang yang cukup datar, bisa untuk berkemah. Area cukup luas bisa menampung setidaknya 15 tenda. Ada pula selter yang bisa dipakai untuk berteduh. Dari pos ini views nya sudah sangat oke. Mantap. Selepas Pos 1 wilayah hutan didominasi pohon cemara. Setapak terlihat jelas dengan papan-papan penunjuk  arah yang cukup memadahi untuk memandu pendaki agar tidak tersesat.



Diawali dengan treck landai sekitar 100 m lalu akan belok ke kiri menyilang untuk mengikuti alur punggungan bukit di sebelah kiri. Setelah sampai di punggungan bukit setapak mulai menanjak. Jalur pos1-2 lumayan unik, setapak seolah mengikuti alur tangga yang super panjang. Tangga alami karena terbentuk dari akar-akar pohon cemara. Tetapi kalau tidak hati-hati, kaki bisa terjebak di atara celah akar-akar.

Sekitar 30 menit dari Pos 1 perjalanan tek-tok ku telah tiba di pos bayangan. Area yang sedikit terbuka, tidak tertutup rapat oleh kanopi pepohonan. Suasana kabut tebal masih menyelimuti hutan sehingga menjadikanku enggan berlama-lama beristirahat. Gias lagi.



Selepas pos bayangan, setapak masih sama saja, nanjak sadis tiada ampun. Sampai pada akhirnya di pertigaan (tanpa keterangan).  Dari pertigaan ini, setapak terbuka lebar dan lebih luas serta datar. Sekitar 50 meter dari pertigaan ini tibalah di Pos 2.

 

Ø  Pos 2 Siruwet - Pos 3 Camp Sunrise

Pos 2 ini berupa tanah datar di pinggis sungai. Tanah datar yang mampu menampung sekitar 5 tenda. Sungai cukup jernih, sehingga layak dikonsumsi. Aku tiba di pos ini pada pukul 08.50. artinya dari perjalanan tek-tok dari pos 1-2 cukup 50 menit.



Aku tidak istirahat di pos ini, langsung melipir mengikuti alur setapak. Selepas area pos 2, setapak akan berbelok ke arah kanan dengan diawali menyeberangi jembatan sungai samping pos 2. Selepas jembatan, setapak menanjak dahsyat. Tetapi tenang saja karena setapak yang nanjak telah ditata, sehingga terkesan akan mendaki di anak tangga yang seolah tak berujung.

Anak tangga berakhir artinya medan akan sedikit melandai. Setapak terasa melingkari punggungan bukit. Hutan agak sedikit terbuka tetapi tanjakan makin mantap. Sampai di pertengahan antara pos 2-3, aku berpapasan dengan penduduk setempat yang membawa kayu bakar. Dari pos 1, aku baru berjumpa dengan 2 orang yang semuanya adalah penduduk setempat yang mencari kayu.

Aku terus melangkah stabil, sampai pada medan yang agak landai. Ada persimpangan. Terlihat agak membingungkan karena ternyata, jalur baru saja ada perubahan. Ikuti saja penunjuk arah yang menghantar untuk menyeberangi sungai. Setelah 30 meter dari sungai tibalah di papan penunjuk yang bertuliskan “Tanjakan Debus”. Artinya pos 3 tinggal 300 meter lagi. Tidak menunda waktu, aku pun terus melangkah. Hingga akhirnya, aku tiba di Pos 3 Camp Sunrise tepat pukul 10.00. 2 jam cukup untuk menebus waktu perjalanan pos 1-3.

 

Ø  Pos 3 Camp Sunrise - Pos 4 Pohon Tunggal

Pos 3 sesuai dengan namanya “Camp Sunrise”, artinya pos ini memang didesain untuk mendirikan tenda dan sekaligus bisa untuk menikmati matahari terbit. Area cukup luas, bisa menampung sampai 70 tenda. Tempat sudah disiapkan, tanah sudah diratakan, sehingga tenda akan nyaman berdiri dan enak buat istirahat. Pos ini berada di punggungan bukit. Sedangkan di kanan dan kiri juga ada punggungan bukit. Tetapi punggungan bukit untuk pos 3 lebih rendah, sehingga kesannya diapit atau dilindungi. Dengan demikian, area ini cukup terlindung dari terpaan angin dan badai. Bahkan seratus meter dari pos 3 Mangli akan bertemu dengan “camp area” jalur Adipuro. Sehingga sekitaran pos kalau musim pendakian pasti akan sangat ramai.

Tetapi beda dengan nasibku, saat ini suasana lengang mencekam. Aku belum bertemu dengan pendaki lain. Suasana kabut makin tebal, bahkan rintik-rintik gerimis lembut telah datang menemani. Aku putuskan untuk istirahat di samping jalur pertemuan Butuh-Adipuro-Mangli, Kaliangkrik. Jadi, sedikit informasi bahwa kecamatan Kaliangkrik, Magelang memiliki 3 jalur pendakian menuju gunung Sumbing. Semuanya bermuara di atas pos 3.

Aku putuskan, bila hujan turun, aku pun akan turun. Sambil menunggu hujan turun, aku sekalian beristirahat dengan menikmati bekal ala kadarnya.



10 menit berlalu hujan tak kunjung turun, aku putuskan melangkah lanjut, dengan satu prinsip, bila hujan tiba aku pun akan segera putar balik, turun tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak. Aku melangkah santai karena cuaca sangat labil, dalam sekejab ada perubahan suasana, dari kabut tebal seolah langit akan runtuh, mendadak pergi dan berganti dengan biru langit yang beradu apik dengan hijaunya savanna Sumbing. Deretan bebatuan putih-hitam berjajar rapi di tengah celah rerumputan. Keren dan asik. Medan variatif, ada tanjakan ganas, ada pula landai datar. Saat menyeberangi sungai, barulah aku bertemu dengan pendaki lain, mereka sudah dari puncak. 3 orang, 1 orang soloist lewat Butuh. Yang 2 orang sepasang muda-mudi via Mangli. Mereka sedang mengambil air. Aku sempatkan untuk sejenak bertegur sapa.



Selepas sungai akan berjumpa dengan pertigaan dari arah Windusari, jalur peziarah, masih wilayah Magelang. Aku terus melangkah ditemani langit biru dengan lindungan kabut, matahari tidak menyengat, mata dimanja dengan pesona savanna yang maha luas. Aku terus melangkah mengikuti alur setapak yang mulai menanjak tiada henti. Punggungan bukit ini pasti akan mengarah pada pos 4. Benarlah yang kuduga, dari kejahuan terlihat warn-warni tenda. Semangatku bangkit lagi, bergegas melaju dan tibalah di pos 4 tepat pukul 11.00.

 

Ø  Pos 4 Pohon Tunggal – Puncak Sejati

Sedikit gambaran pos 4 merupakan area medan datar tepat berada di punggungan bukit. Kelebihannya adalah tempat nyaman untuk menikmati keindahan pemandangan area bawah. Apa lagi pos 4 tepat menghadap ke arah timur. Jelas ini akan menjadi tempat terindah dalam menikmati pesona matahari terbit, pada malam hari juga tepat menghadap ke timur, artinya di bawah sana ada kota Magelang, kerlip lampu-lampu akan menyuguh keindahan tak terkata. Sedangkan area ini juga merupakan padang savanna. Hijau rerumputan beradu asik dengan kerlap gemintang dan lampu kota menyuguh indah panorama fajar, sebelum dibubarkan pesona matahari terbit. Indah berganti keindahan. Sisi negatifnya adalah akalu ada angin, jelas akan dihajar habis-habisan.



Pada saat aku tiba di pos, ada 2 tenda besar yang masih berdiri kokoh, mereka sedang menikmati makan siang. Mereka dari 2 rombongan yang berbeda, 1 dari Purbalingga sedang yang satunya dari Bekasi. Area pos 4 masih asik dinikmati, tetapi diujung langit sebelah barat terlihat hitam bergumuruh, artinya di sebelah barat sudah hujan dengan lebat. Keyakinanku itu dipertegas dengan bunyi gluduk/guntur dan terlihat kilatan petir di antara mendung-mendung itu.

Aku menunggu hujan turun, sambil ngobrol asik dengan pendaki yang masih santai menikmati alam pos 4. Aku masih berprinsip, “Hujan turun, aku juga turun”. 20 menit berlalu, tetapi hujan yang kutunggu tidak kunjung tiba. Akhirnya, kuputuskan untuk meneruskan langkah. Aku pun pamitan dan pelan-pelan mengikuti setapak menuju puncak. Kendati di atas tertutup kabut, tetapi sesekali mata masih boleh menikmati keindahan savana dan lekuk-kemolekan perbukitan Sumbing. Sehingga semangat terus untuk menyelesaikan perjalanan.



Terus berharap, semoga sampai puncak sebelum hujan. Ya, hal ini sudah kepalang tanggung, puncak sudah di depan mata, tinggal beberapa langkah lagi. Ujung kaldera kawah dari arah pos 4 telah tercapai. Ada persimpangan, bila turun akan ke lembah banjaran bertemu dengan jalur Banaran, Temanggung, selanjutnya ke kawah dan berakhir di puncak Rajawali. Sedangakn kalau belok ke kiri arah puncak sejati.

Segera aku pun berbelok ke kiri, tak berapa lama tibalah aku di puncak “Watu Lawang”. Berhenti sejenak untuk menikmati keindahan lembah kawah, karena cuaca kabut yang membuka agar aku bisa melihatnya. Bergegas kulanjutkan langkah. Tinggal satu gundukan maka tibalah aku di Puncak Sejati.


Syukur pada Tuhan tepat pukul 12.00, aku berada di puncak Sumbing via Mangli, Kaliangkrik.

 

Ø  Puncak Gunung Sumbing

Tepat 4 jam aku melangkah hingga kaki ini boleh berdiri dengan bangga. Tidak ada orang lain. Aku hanya sendirian. Di puncak suasana dikepung kabut. Terlihat sepintas lalu kalau di bawah sudah turun hujan. Sengaja aku agak berlama-lama di puncak selain istirahat, juga sekaligus berharap saat turun sampai bawah, hujan telah selesai. Menikmati suasana puncak Sumbing dalam kesendirian, di temani kesunyian semakin mudah aku memasuki gerbang batin diriku, mencoba menyelami dan menziarahi hati dan batin agar semakin bisa mengembangkan diri jadi lebih dewasa.



Setelah melakukan serangkaian seremonial sebagai ungkapan syukur, foto-foto dan menghabiskan bekal makanan. Pukul 12.50, aku putuskan untuk memulai perjalanan turun. Di bawah masih terlihat mendung menggulung disertai bunyi guntur, artinya di bawah masih hujan lebat. Pokoke turun, kalau ketemu hujan ya pakai jas hujan. Turun harus lebih hati-hati karena pastinya jalur lebih licin.

 

Ø  Saatnya Turun

Berlari aku meninggalkan puncak, melompat, meliuk diantara celah perdu, celah semak, celah tebing, sambil berimajinasi menjadi seekor cetah yang sedang bercengkerama dengan semilir angin. Sambil melirik dan mengintip semesta bawah yang gelap gulita dengan kelebatan kilat yang menyambar, gledek makin keras terdengar. Membesarkan harapan, supaya tidak kehujanan.



10 menit aku telah tiba di pos 4. Lalu disambut hujan yang maha dahsyat, lebat diramu dengan kencangnya angin. Segera kukeluarkan mantol, tipis harga di bawah 10 k. Tak berapa lama, kurasa ada pertanda yang tidak baik, otot kakiku mulai terasa kaku. Wajar, karena habis kepanasan dipakai aktifitas, mendadak disapu air hujan dengan tiupan angin yang maha kencang. Sebelum kram menyerang, segera kuatur langkah. Kembali berderap di tengah guyuran hujan. Setapak menjadi parit, semakin waspada dan ekstra hati-hati, hingga akhirnya kata pepatah, “sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh pula”. Aku terjerembab. Tidak ada masalah dengan ragaku, barang bawaanku aman. Kembali berdiri dan melaju.

Sungai di bawah pos 4 selepas persimpangan dengan Windusari menjadi banjir dan berarus deras. Belajar dari kejatuhan yang 1, aku lebih hati-hati dalam memilih titik pijakan dan dengan yakin saat menapak. Tak berapa lama, rombongan yang nenda di pos 4 telah di depan mata, segea aku mendahului mereka. Terus melangkah dan terus berharap, hujan cepatlah reda.

Pos 3 sudah terlihat. Di sini aku berpapasan dengan beberapa rombongan yang akan naik, baik dari jalur Butuh, Adipuro, dan Mangli. Ada yang berhenti, ada pula yang mendirikan selter sementara. Aku tak mengehentikan langkah, terus mantap melangkah. Hingga di pos 3 Mangli, satu rombongan, datang tergopoh, menghentikan langkahku dan minta tolong untuk dibantu mendirikan tenda dum, karena ada temannya yang kedinginan parah. Katanya mulai kena hujan di bawah pos 2, tanpa jas hujan.

Segera kubantu mereka, tenda berdiri kokoh, kupastikan yang kedinginan untuk segera mengganti dengan pakain kering, memakai jaket, dan masuk dalam SB. Lalu aku berpesan pada temen-temennya untuk segera membuat minuman hangat, lalu aku pun meneruskan langkah. Terus berjalan memilih celah genangan dan aliran parit di tengah setapak. Di langit masih bergemuruh dan air langit terus menemani langkah.

Pos 2 terlewati, pertigaan pun berlalu. Lalu aku ketemu dengan rombongan dari Jogja. Sedikit bertegur sapa. Lanjut jalan, berjumpa dengan rombongan lain. Bertegur sapa, sedikit berbagi cerita. Lanjut lagi. Pos 1 pun terlihat. Hanya ada 2 ojek yang menunggu pendaki turun. Aku putuskan untuk terus melangkah. Menyusuri setapak di tengah perkebunan warga, masuk perkampungan dan sampailah di BC tepat pukul 15.00. Istirahat sejenak, berharap langit berhenti menangis bahagia. Tetapi harapan itu kelihatannya tidak akan menjadi kenyataan. Pukul 15.30, aku putuskan untuk meneruskan perjalanan ke Solo. Sepanjang Mangli-Solo, hujan terus menemani. Akhirnya tepat pukul 18.00, tibalah aku di rumah dengan suguhan senyum bahagia dari isteriku tercinta.

 

Ø  Akhirnya

Langit masih menagis bahagia. Ia masih mencucurkan air mata bahagianya. Kebahagiaan semesta nyata bersama petualanganku. 3 hari yang lalu usia telah digenapi menjadi 41 dan dalam waktu 8 jam boleh menyusuri setapak Sumbing via Mangli. Perjalanan ini adalah bagian dari caraku untuk menziarahi diri, merenunginya. Ada banyak perjumpaan. Melalui peristiwa ini, aku semakin mengenal diriku dengan kurang dan lebihku, serta menemukan tekad untuk segera memperbaikinya. Terimakasih untuk semua orang yang mendukung peziarahan ini, terutama untuk istriku beserta orang-orang yang mencintaiku. Terimakasih setapak Sumbing, biarkan bijakmu menjadi pelita hidupku. Terimakasih Tuhan untuk segala yang Engkau beri. Bila masih ada sehat dan celah waktu aku pasti akan kembali. Kembali berziarah untuk menemukan makna agar semakin dewasa dalam merasa, berpikir, berkata, dan bertindak.

 

Ø  Tips Mendaki gunung Sumbing Via Mangli

1.      Persiapkan fisik, mental dan peralatan.

2.      Datang ke dokter atau klinik, demi mendapatkan “surat keterangan sehat”.

3.      Registraksi dilayani pada pukul 07.30-22.00, tetapi BC buka 24 jam.

4.      Sebelum mendaki dan setelah mendaki harap melaporkan diri ke BC tujuan untuk data dan demi keamanan.

5.      Jalur Mangli relatif sepi namun jalur ini juga terbilang lebih mudah.

6.      Jalur mangli ini memiliki pemandangan yang keren.

7.      Bagi yang suka nenda, nendalah di pos 3, aman dan keren.

 

Ø  Estimasi Waktu Pendakian Gunung Sumbing (dengan metode trail run/ tek-tok)

1.      Basecamp - Pos 1 : 10 menit (ngojek), kalau jalan kaki antara 30-45 mnt

2.      Pos 1 - pos 2 : 50 menit

3.      Pos 2 - pos 3 : 1 jam

4.      Pos 3 - pos 4 : 40 menit

5.      Pos 4 - Puncak : 35 menit 

 

 

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Keren mas, top...8 jam tektok Sumbing yg selalu ngangeni..mg bisa ke sana lagi, via Mangli memang paling nyaman menurutku. Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul2, paling bersahabat d kaki n di mata. amat keren lah

      Hapus