CATATAN PERJALANAN: GUNUNG SUMBING VIA ADIPURO
Oleh: Heri Jimanto
Salam jumpa sobat petualang. Kembali
bertemu dalam sebuah cerita. Kali ini aku akan berbagi pengalaman mendaki
Gunung Sumbing. Sejujurnya perlu kukatakan bahwa 2 tahun terakhir ini aku sudah
mulai malas menulis. Tentu ada alasannya. Pada mulanya niat utama menulis
karena memang suka menulis, tetapi juga ada keinginan untuk berbagi informasi
atau pengalaman itu sendiri. Ketika ujung kehendak tak berjumpa dengan realita
maka dengan sendiri semangat itu melemah. Aku hanya pengin omong gini lho,
bahwa dulu ketika menulis catatan perjalanan yang membaca 1 tulisan bisa ribuan
orang. Tetapi akhir-akhir ini 1 artikel atau 1 tulisan yang berkenan membaca
tidak sampai 100.
Apakah memang benar orang Indonesia
itu tidak punya minat baca dan lebih suka liat chanel you tube?
Aku kira tidak. Justru tulisan ini
terjadi karena perjumpaanku dengan seorang bloger yang setia untuk menulis.
Dibaca atau tidak ia mewajibkan dirinya untuk 1 bulan sekali posting tulisan.
Baginya membaca lebih memperkaya nalar, imajinasi dan mengisi rasa. Sejujurnya
akupun merasa demikian juga. Lebih suka membaca kisah orang lain dari pada
menonton atau melihat dokumentasi kegiatan orang lain. Lebih suka membaca
catatan perjalanan dari pada melihat rekaman kegiatan perjalanan. Oleh karena
itu baik bila sesama penggemar baca saling menyediakan bahan untuk dibaca.
Jadi, tulisan ini ada karena aku
lebih suka membaca catatan perjalanan dan saat ini juga sudah makin langka untuk
menemukan tulisan atau catatan perjalanan mendaki gunung di internet. Lebih gampang
nyari rekaman video dokumentasi perjalanan di you tube. Aku yakin, yang kualami ini juga dialami oleh teman-teman
yang lain. Oleh karenannya, tulisan ini untuk menyediakan bahan bacaan bagi
yang suka menikmati kisah perjalanan dari sebuah tulisan dan tentu ada
keinginan juga untuk mengabadikan kisah-kisah sederhana yang boleh kualami
lewat rangkain kata.
Pada
mulanya …
Pernah
kuceritakan bila sebagai pekerja yang mengabdi pada lembaga formal, tanggal
merah adalah karunia untuk sejenak bahagia. Maka bila ada 2 atau lebih tanggal
merah yang berjajar, pasti aku akan melakukan sebuah kegiatan petualangan,
terutama pendakian. Entah mengapa aku begitu suka dengan segala hal yang
berkaitan dengan suasana gunung. Ada kepuasan yang tak mampu kubahasakan
tentang sensasi aroma tanah basah, setapak licin, semak-belukar, pepohonan,
hutan, batu, jurang, sabana, langit biru, dingin malam, dll.
Jauh-jauh
hari telah kutetapkan bahwa hari Sabtu-Minggu, 1-2 Mei 2021 aku akan mendaki
gunung. Pada mulanya aku memilih Gunung Sumbing jalur Makukuhan, dukuh seman,
Wonosari, Bulu, Temanggung yang belum lama telah resmi sebagai jalur pendakian
gunung yang syah. Kusampaikan ide ini ke istriku dan ia pun antusias untuk
ikut. Asik saja. Lalu kami menghubungi beberapa teman yang selalu berpesan bila
kami berdua ada rencana mendaki tolong dikabari. Pesan telah tersampaikan ke
beberapa teman dan akhirnya fix ada 4 teman yang gabung sehingga total
rombongan akan menjadi 6 orang.
Sedikit informasi bahwa Gunung
Sumbing sebenarnya masuk wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang,
Wonosobo, dan Temanggung, Jawa Tengah. Maka, tidak mengherankan bila
gunung ini memiliki banyak jalur. Tiap
kabupaten memiliki jalur pendakian lebih dari 1 karena masing-masing desa di
lereng sumbing memiliki jalurnya sendiri. Tentu saja, ada yang sudah resmi
sebagai jalur pendakian, tetapi ada pula yang masih ikut jalur penduduk saat
ziarah. Oleh karena itu gunung ini tidak
pernah sepi dari kunjungan para pendaki atau peziarah.
Jumat, 30 April 2021 H-1 ketika kami
telah mempersiapakan segala sesuatunya untuk pendakiaan besok, tiba-tiba pada
pukul 16.00 ada pemberitahuan lewat chat WA bila semua jalur pendakian di
wilayah Kabupaten Temanggung harus tutup, hal ini karena merespon situasi
terkini yang mana kasus penularan covid-19 mengalami peningkatan, maka kegiatan
yang mengundang kerumunan masa banyak yang dihentikan atau dilarang.
Maka, aku pun berinisiatif untuk
mencari info jalur lain atau harus ganti gunung. Segera kusampaikan ke
teman-teman. Mereka tetap antusias untuk mendaki. Jaman sekarang melacak CP BC
jalur pendakian tidak sulit. Berselancar di IG dan segera ku-DM beberapa BC
Sumbing. Di atara sekian chat DM yang paling cepat merespon adalah BC Sumbing
via Adipuro dengan jawaban yang sangat melegakan, “Pendakian tetap buka”.
Segera kusampaikan ke teman-teman untuk tetap nanjak Sumbing tetapi lewat sisi
tenggara. Pindah haluan dari rencana awal lewat timur laut menjadi arah
tenggara. Kami pun menyiapkan segala
sesuatunya agar pendakian esok pagi berjalan dengan lancar, aman, serta
membahagiakan.
Transportasi Menuju Basecamp Adipuro
Kendati
kami berenam, kami tidak berasal dari 1 daerah. 2 orang dari timur Solo
sedangkan aku dan istriku dari barat Solo, lalu 2 teman dari Jogja. Kami
berempat yang dari area sekitar Solo sepakat untuk bertemu di rumahku sekitar
pukul 5 dan pasang target jam 6 bisa jalan. Tetapi yang terjadi tepat pukul
08.00, kami baru start menuju barat, Magelang. Kami berpesan untuk yang start
Jogja agar memulai perjalanan 1 jam setelah kami jalan.
Kami yang dari
Solo mengendarai 2 sepeda motor saling boncengan. Motor meliuk-liuk mengikuti
alur jalanan Solo-Boyolali-Selo-Blabak-Magelang. Setelah ketemu di titik yang
disepakati, 4 motor dengan membawa 6 penumpang kembali meliuk menuju Kaliangkrik.
Untuk menuju Kaliangkrik bagiku pribadi itu
mudah karena sudah pernah 3 kali, 2 x lewat jalur Butuh dan 1 x via Mangli.
Sesampainya di pasar Bandongan aku bertanya ke warga dan mendapat arah jalan
yang harus kami lalui. Kendati mendaki Sumbing aku pribadi sudah pernah 6 x
tetapi via Adipuro merupakan pengalaman pertama. Jadi, ini termasuk kategori
pendakian ekspedisi. Sebenarnya, lokasi BC sudah bisa dilacak dengan mengikuti GPS. Tetapi aku lebih suka
bertanya pada warga setempat. Anggap saja sebagai pemanasan dalam kegiatan
petualangan. Bila sobat petualang berminat kesana bisa menghubungi pengelola
(wa 082138025235), atau menghubungai IG @basecamp_sumbing_kaliangkrik.
Simaksi Pendakian
Kami
tiba di BC sekitar pukul 11.30. Suasana BC, khas suasana pedesaan lereng
gunung. Sapa dan senyum warga lokal merupakan sambutan yang luar biasa. Setelah berkendara cukup lama, kami pun tiba
di BC Sumbing Adipuro yang beralamat di dukup Prampelan, Desa Adipuro,
Kecamatan Kaliangkrik, Magelang. Suasana BC terlihat sepi, hanya ada beberapa
pengelola yang berjaga. Lalu kami asik ngobrol, sambil bongkar perbekalan dan
packing ulang.
Tak
lupa kami pun mendaftar diri dengan mengisi buku tamu, form pendakian dan
perbekalan yang dibawa. Lalu menyerahkan ke pengelola dengan disertai KTP asli.
Juga membayar Rp 15.000 untuk perhutani, Rp 5.000 untuk biaya kebersihan BC, dan
Rp 5.000 untuk parkir 1 sepeda motor. Jadi total ongkos yang kukeluarkan
sebesar Rp 25.000. Biaya ini belum termasuk ojek dengan tariff Rp 25.000. Aku
sarankan kalau mau mencoba jalur ini lebih baik pakai jasa ojeg, karena akan memangkas
perjalanan antara 3-4 km. Lumayan kan meringankan kaki dan memberi jeda sejenak
agar pundak tidak cepat getar.
Oh ya,
sebelum keberangkatan kami dibawain HT. Sebuah alat komunikasi paling efektif
di jalur gunung. Tujuan utama adalah sebagai alat komunikasi, bila ada apa-apa
bisa kontak langsung BC. Pihak BC berpesan, HT dihidupkan hanya pada saat
membutuhkan saja, supaya baterai awet. Bagiku hal seperti ini perlu ditiru oleh
pengelola BC-BC lainnya di setiap gunung, sehingga kalau ada apa-apa,
komunikasi dengan pihak BC akan langsung tersampaikan. Keren. Mantap.
Ceritaku tentang Pendakian Gunung Sumbing Via Adipuro (dalam
bentuk dokumen vidio)
Ceritaku tentang Pendakian Gunung Sumbing Via Adipuro (dalam
bentuk tulisan)
Hari ini, Sabtu,
1 Mei 2021 bersama hari buruh yang memberi ruang untuk sejenak istirahat dari
diri sebagai buruh, di bawah payung biru langit dan di hadapan hamparan
permadani hutan, ladang dan semak belukar, kami berenam dengan jeda usia yang
tidak mepet, memantapkan diri untuk memulai langkah guna melukis cerita pada
setapak Sumbing via Adipuro. Semangat berkobar dalam dada menggelorakan asa
untuk menebus batas diri yang siap menyaji.
Ø Basecamp - Pos Ojek
Tepat pukul 12.30, pasukan ojeg yang
sudah siap mengantar telah berjajar dengan masing-masing kuda besi tercintanya.
Kami pun tidak menunda waktu, segera masing-masing memberikan barang bawaan
untuk ditaruh depan pengemudi, sedangkan kami langsung duduk di jok belakang.
Pada mulanya jalur melintasi
pemukiman penduduk, senyum sapa penduduk pada driver sekaligus boncengernya
manjadi warna yang mengasikan. Melewati jalan makadam yang hanya sekitar 300 m,
kini berganti merambati jalanan yang hanya ditutupi batu yang tertata rapi,
tidak halus tetapi penuh dengan guncangan manja. Selepas melewati pemukiman,
jalur seutuhnya membelah ladang warga. Mata dimanja oleh lukisan barisan
tanaman sayur yang menghijau, hal ini dipadu apik dengan latar gunung Sumbing
yang menjulang gagah menawan. Sesekali barisan kabut menyembunyikan keindahan
semesta pada jalur Adipuro ini.
Jalan yang membelah ladang kadang
nanjak manja, berkelok tajam dan juga beberapa kali motor harus meraung untuk
menuntaskan tanjakan terjal. Hingga akhirnya sekitar 20 menit, tibalah kami di
hutan sekitar 100 m setelah batas ladang. Semua telah tiba di Pos Ojeg,
tempatnya tidak begitu luas, hanya medan datar yang bisa dipakai untuk memutar
motor ke arah sebaliknya.
Ø Pos
Ojek - Pos 2
Pos Ojek merupakan medan datar yang tidak bisa
dipakai untuk mendirikan tenda. Pos ini hanya sebagai tempat untuk perhentian
dan penantian. Berhenti saat mengantar penumpang dari BC dan sebagai tempat
untuk menunggu pendaki yang turun dan telah memberi kabar ke BC lewat HT. Dari
obrolan dengan tukang ojeg, ada rencana akan didirikan selter untuk sekedar
beristirahat atau menunggu agar lebih nyaman dan hangat.
Mengawali petualangan ini, kami berenam
terdiri dari 2 orang ibu, 1 bapak dan 3 anak muda akan merambati setapak
Sumbing dengan kaki kami masing-masing. Setelah melambungkan doa memohon
perlindungan dari sang Penguasa Semesta dan sedikit melepaskan sekaligus
menyerukan harapan dengan bersama berteriak, “Sumbing: Yess”, kami dengan
mantap melangkah.
Diawali medan datar yang merupakan punggungan
bukit yang dipapral, karena terlihat di sebelah kiri lereng bukit menjulang sedangkan
di sisi kanan ada turunan bukit yang cukup curam. Sekitar seratus meter
meninggalkan pos ojeg, terlihat di sebelah kanan aliran air yang menuruni
tebing. Belum layak disebut air terjun, tetapi sudah menunjukkan keindahan yang
asik. Tak berapa lama, kami pun menyeberangi sungai dengan bantuan jembatan
yang sangat kokoh, melihat lintasan sungai yang penuh dengan genangan-genangan
jernih, rasanya pengin berenang di sana.
Selepas jembatan, tidak ada toleransi, medan
langsung mengular menanjak tajam dengan kemiringan 40-55 derajat. Mantap.
Mental terkuras, dengkul langsung ambyar. Salah satu teman muda kami pun,
mendadak perutnya beraksi, mulas. Pertanda asam lambung mulai naik. Sedangkan
salah satu teman ibu-ibu kami pun juga seolah hilang daya. Terlihat wajah mulai
memucat. Untungnya setelah beberapa kelokan dengan tanjakan yang memaksa kami
untuk mencium lutut ada medan datar, sehingga kami bisa sejenak berteriak,
“Bonus’. Akhirnya teman muda kami pun pecah di ujung panik dengan memuntahkan
seluruh isi perutnya.
Kami pun memutuskan untuk sejenak rebah,
mencoba mendamaikan raga, dan mental dengan kenyataan medan. Setelah berdamai
dengan diri untuk menghadapi dan menjalani liku setapak Sumbing via Adipuro
ini, kami pun bergegas mentatahkan tas kerir di bahu. Mengurangi jarak langkah
agar lutut sedikit terkurangi getarannya. Dan tak berapa lama, kami telah tiba
di pertigaan, pertemuan jalur kaki dan ojeg, yang sudah di atas pos 1 kalau
murni jalan kaki. Selepas persimpangan, medan tidak terlalu terjal, tetapi
unik. Kami semacam dimanja untuk meniti anak tangga dari akar-akar pepohonan.
Hanya sekitar 200 meter dari pertigaan, telah terpampang papan bertuliskan Pos
2. Lega sekaligus senang. Saatnya untuk kembali rebah. Sebenarya kalau dihitung
waktu antara Pos Ojeg - Pos 2 hanya membutuhkan 30 menit. Singkatkan?
.Ø Pos 2 - Pos 3 Camp Area
Pos 2 merupakan medan datar yang cukup luas.
Bisa menampung puluhan tenda. Di sini suasana sangat mengasikkan, banyak
pepohonan cemara yang bikin rimbun dan udara yang sangat segar serta sejuk.
Kami pun membongkar tas guna mencari asupan tenaga. Bekal nasi dan lauk ala
kadarnya ditemani secangkir teh manis hangat mampu memburai lelah dan berhasil
membangkitkan semangat yang sementara telah ambyar. Canda tawa adalah cara
terampuh untuk memulihkan semangat dan energi bawah sadar.
Tepat pukul 13.50 kamipun kembali bergegas
untuk melangkah. Langit masih biru, mentari masih asik bersinar garang. Kami
bersyukur karena kabut tak henti-hentinya datang silih berganti untuk memayungi
kami dari garang sinar surya. Selepas keluar area pos dua yang berkanopi
pepohonan cemara mendadak langsung dihadapan pada mendan terjal yang ditumbuhi
ilalang dan langsung menanjak tajam.
Sedikit informasi. Area pos dua sekarang
memiliki 2 jalur. Jalur lama ditutup dan dialihkan. Tetapi jalur lama memang
telah membentuk setapak yang sangat jelas, sedangkan jalur baru setapaknya
belum terlalu terlihat. Sehingga bisa menimbulkan keraguan bagi para pendaki.
Kendati penunjuk arah telah terpasang bahkan di BC pun telah di-breafing untuk mengikuti setapak baru,
tetapi saat di lokasi pasti akan mengalami kebingunan jalur. Mudahnya adalah
pilihlah setapak di sebelah kiri, langsung mengikuti punggungan bukit satu alur
dengan punggungan bukit pos 2. Kalau setapak yang di sebelah kanan memang
landai dan terlihat bagus serta lebar itu merupakan setapak jalur lama, tidak
usah diikuti.
Memandang lurus kedepan terpampang tantangan
yang tidak ringan, setapak mengular di jalur terbuka dan terpapar terik mentari,
tetapi pada saat mengatur nafas sambil menengok ke belakang tersaji views yang amat sangat keren. Menantang
sekaligus menghibur.
Sekitar 200 meter meninggalkan medan terbuka
yang dihajar sinar surya, hati terasa lega karena memasuki hutan mandingan kecil
yang dilanjutkan hutan cemara. Area dua hutan ini dengan tanjakan yang sangat
tajam. Dijamin menguras tenaga. Lalu kami pun rebah di atas sebidang datar di
bawah satu pohon yang cukup rindang. Medan datar seluas lapangan badminton ini
sekaligus penanda bila tanjakan baru selesai setengah.
Tak berapa lama kami beristirahat untuk
meluruskan lutut yang meregang karena terlalu sering ditekuk. Meniggalkan tanah
lapang kami dipeluk oleh hutan mandingan yang cukup rapat. Tetapi tanjakan
tidak berkurang, malah terasa semakin tajam. Hingga kami bertemu dengan
lebatnya rerumputan yang masih di bawah hutan mandingan, ini menandai kalau
hampir sampai di pertigaan. Lega rasa hati saat kami melihat plakat
persimpangan, ke kanan arah puncak sejati, sedangkan arah kiri menuju jalur
butuh.
Kami pun memutuskan untuk sejenak istirahat.
Dari sini jalur didominasi medan datar, hanya mengitari beberapa punggungan
bukit. Hingga kami pun tiba di Pos 3, camp area. Sedikit informasi, bila
berjumpa dengan papan bertuliskan pos 3, dari area ini akan berjajar camp area
yang bisa dipakai untuk mendirikan tenda dengan nyaman. Kami tidak memilih camp
area bertuliskan Adipuro, karena kami menimbang untuk memilih area yang dekat
dengan mata air dan sedikit terlindung dari hembusan angin.
Jam 16.15 kami tiba di camp area yang kami
pilih. Sejenak diskusi untuk memilih area buat lapak istirahat. Lalu setelah
kesepakatan terikat, kami pun membongkar kerir yang selanjutkan mendirikan
tenda. Kami membawa dua tenda, 1 tenda kapasitas 4 orang unt kaum adam,
sedangkan yang satu sangat esklusif buat 2 hawa yang kami kawal.
Tepat pukul 16.30 tenda telah gagah berdiri
siap berubah menjadi kamar hunian sekelas hotel bintang 3. Suasana sore yang
asik, pertanda tidak ada hujan yang akan menitik. Secangkir teh manis hangat
juga ada yang memilih kopi dan coklat sangat pas untuk menemani kami menikmati
keindahan lembayung senja. Kami hanya dapat menikmati siluet sunset, tetapi tidak bisa memandang
langsung, karena kami berada di balik punggungan yang menyembunyikan mata
menatap langsung matahari terbenam.
Sambil bersendau gurau dan menikmati suasanan
sore yang sangat asik. Kami juga memadukan aneka bahan masakan dan bumbu di
atas perapian. Hingga sebelum jam 19.00 hidangan malam pun telah tersaji, tidak
menunda waktu kami pun mengikat hati membangun persaudaraan dengan sarana
hidangan sederhana tetapi terasa sangat istimewa.
Canda tawa, kegembiraan dan suka cita
menggiring malam untuk semakin larut. Langit menggelar bintang-gemintang yang
dipimpin sinar rembulan. Sangat eksotis. Namun, lelah raga dan dingin malam tetap
menghantar mata untuk redup dan segera kami pun bergegas melindungi diri untuk
beristirahat. Berharap esok pagi bisa bangun dengan raga yang bugar dan
semangat menyala untuk mengejar keindahan Sumbing dari pucuknya.
Ø Pos 3 Camp Area - Pos 4 Pohon Tunggal
Tepat pukul 02.30, alarm HP bertugas dengan
baik. Saat mana tidur menjadi paling asik dan nyaman, aku bergegas keluar dari
SB dan menyalakan api untuk memasak air guna membuat sereal. Teman-teman yang
lain masih asik dengan masing-masing mimpinya. Hingga tepat pukul 03.00, saat
sereal sudah siap aku pun bangunkan semua teman-teman. Ini demi suksesnya misi
mencapai titik akhir perjalanan. Semua berusaha untuk mengembalikan semangatnya
dengan menikmati cemilan dan minuman sereal panas. Lalu bersiap-siap membawa
hal-hal pokok yang mesti dibawa, minuman, logistic, P3K, dan buah-buahan.
Target awal kita berencana tepat pukul 03.30
akan memulai attack summit, tetapi
yang terjadi kami mundur 20 menit, sehigga tepat pukul 03.50 kami baru mulai bergerak
meninggalkan tenda dan berjuang menuju puncak. Aku yang bertugas jadi sweeper, baru saja selesai mengecek
pintu-pintu tenda mendadak perutku berontak, memaksa isinya untuk segera
dikeluarkan. Lalu kuputuskan, yang 5 orang jalan duluan karena 1 diantaranya
sudah pernah melewati jalur, sedangkan aku baru juga 3 minggu yang lalu
melewati setapaknya. Setelah sepakat, mereka bergegas bergerak agar raga cepat
menghangat, sedangkan aku pun segera berburu untuk bersembunyi di balik
semak-semak jauh dari setapak jalur.
Langit masih memaparkan pesonanya, taburan
bintang-bintang yang berpadu harmoni dengan kerlap-kerlip lampu kota, menjadi
penyemangat untuk melangkah. Usai aku menuntaskan misi rahasia, segera akupun
bergegas untuk menyusul. Mereka telah melewati pos camp area Mangli, terlihat
dari barisan senter di kejauhan. Kuperkirakan jarak yang telah mereka tempuh
sudah sekitar 400 meter. Kupercepat langkah, hingga sebelum sungai terakhir
selepas pos 3 mereka semua telah terkejar. Pasukan komplit, lalu kami selang
seling saling memotivasi untuk terus melangkah. Sekitar pukul 05.20 kami pun
tiba di pos 4.
Ø Pos 4 Pohon Tunggal – Puncak Sejati
Kami tiba di Pos 4 bersamaan dengan satu
rombongan besar dari Semarang yang katanya berjumlah 25 orang. Suasana cukup
ramai. Bersyukur angin tidak bertiup dan kemilau semburat matahari terbit telah
muncul. Sesuatu yang indah tepat di depan mata.
Sedikit gambaran pos 4 merupakan area medan
datar tepat berada di punggungan bukit. Kelebihannya adalah tempat nyaman untuk
menikmati keindahan pemandangan area bawah. Apa lagi pos 4 tepat menghadap ke
arah timur. Jelas ini akan menjadi tempat terindah dalam menikmati pesona
matahari terbit, pada malam hari dapat menikmati indah kota Magelang, dengan kerlip
lampu-lampunya. Sedangkan area ini juga merupakan padang savanna. Hijau
rerumputan beradu asik dengan kerlap gemintang dan lampu kota menyuguh indah
panorama fajar. Intinya di Pos 4 ini yang ada hanya indah berganti keindahan.
Sisi negatifnya adalah kalau ada angin, jelas akan dihajar habis-habisan.
Remang-remang cahaya fajar memberi mata
leluasa untuk melihat pucuk Sumbing yang terlihat samar dan masih jauh. Aku pun
memotivasi teman-teman untuk tidak kalah dengan kemalasan dan keragua-raguan.
Lalu, kami akhirnya memilih untuk meneruskan langkah pelan-pelan menuju puncak
yang sudah mulai jelas melambai-lambai.
Setelah tiba di pertengahan antara Pos 4 dan
puncak, kami mulai terseok-seok. Kami saling memotivasi , bertegur sapa dengan
pendkai lain, saling menyemangati. Ini lah kekeluargaan yang terbangun secara
otomatis pada setapak gunung. Hingga tidak terasa kami saling melambai memberi
semangat, karena ternyata laju yang tak sama dan jarak mulai merenggang.
Setelah tiba di ujung jalur, segera aku pun
berbelok ke kiri, tak berapa lama tibalah aku di puncak “Watu Lawang”. Berhenti
sejenak untuk menikmati keindahan lembah kawah, karena cuaca sangat bersahabat. Teriakan kegembiraan teman-teman lain yang
sudah sampai di puncak duluan menjadi penyemangat tersendiri. Bergegas
kulanjutkan langkah. Tinggal satu gundukan maka tibalah aku di Puncak Sejati.
Syukur pada Tuhan tepat pukul 07.20, aku berserta
semua teman rombonganku berada di puncak Sumbing via Adipuro, Kaliangkrik.
Terimakasih pada semesta, kami berenam boleh menapakan kaki pada ketinggian
3.371 mdpl dengan mata memandang lepas panorama bawah dengan langit biru, bersih
tanpa mendung dan segala keindahan dari ketinggian. Keren.
Otot-otot kaki yang telah lunglai kembali
tegak gagah kala mata menyapu pandang melihat bentangan marcapada dengan segala
keelokannya. Terus melangkah dan melangkah menuruni setapak terjal yang tiada
habis-habisnya. Hingga tepat pukul 09.40, tibalah kami semuanya di tenda. Segera
kami pun membuat sarapan sekaligus makan siang.
Sambil beristirahat, sekaligus kami mulai packing. Sehingga habis makan dan ambil jeda sejenak kami akan bongkar tenda, kemas-kemas dan lanjut jalan. Kami targetkan maksimal jam 12.00 harus turun. Tepat pukul 11.30, setelah semuanya siap, tinggal angkat tas kerir dan mulai melangkah, tiba-tiba satu diantara kami perutnya menjerit, atas bawah mengeluarkan isi perut. Lalu kami putuskan untuk bagi-bagi tugas. Separo mulai jalan karena tenda sudah terlanjur dibongkar. Lalu tiga orang mengawal teman yang mendadak sakit, bisa jadi perutnya kaget. Aku bersama 2 orang ibu jalan dulu, kami sepakat untuk menunggu di persimpangan dengan jalur Butuh. Sebelum aku meninggalkan mereka, kupesan untuk segera minum antangin. Sambil menunggu obat bekerja, aku pun melangkah.
Baru saja kami bertiga sampai di persimpangan,
3 yang lainnya telah menyusul. Lalu kami pun kembali bergegas untuk menuruni
setapak terjal. Hingga akhirnya kami pun tiba di Pos 2. Segera HT kami aktifkan
dan menghubungi pihak BC untuk menyediakan jasa ojeg. Agak lama kami
beristirahat di Pos 2, lalu kami pun kembali melangkah. Hingga akhirnya kami
semua tiba di Pos Ojeg, dan mereka pun telah siap untuk menjemput. Meliuk motor
meniti jalan yang tidak rata hingga akhirnya sekitar pukul 14.50 kami pun tiba
di BC dengan selamat.
Sejenak beristirahat sekaligus membiarkan raga
untuk kembali beradaptasi dengan suhu bawah. Sekitar 30 menit kami berbincang
asik dengan warga lokal yang sekaligus mengelola BC. Lalu kami tepat pukul
15.30 meninggalkan BC untuk menuju tempat tinggal kami masing-masing. Dan aku
serta isteriku pun tiba di rumah tercinta sekitar pukul 18.30.
Ø Akhirnya
Pendakian Sumbing
via Adipuro ini adalah bagian dari caraku untuk menziarahi diri, dan
merenunginya. Ada banyak perjumpaan. Melalui peristiwa ini, aku semakin
mengenal diriku dengan kurang dan lebihku, serta menemukan tekad untuk segera
memperbaikinya. Terimakasih untuk semua orang yang mendukung peziarahan ini,
terutama untuk 6 sobat sepetualangan. Terimakasih setapak Sumbing, biarkan
bijakmu menjadi pelita hidupku. Terimakasih Tuhan untuk segala yang Engkau
beri. Bila masih ada sehat dan celah waktu aku pasti akan kembali. Kembali berziarah
untuk menemukan makna agar semakin dewasa dalam merasa, berpikir, berkata, dan
bertindak.
Ø
Tips
Mendaki gunung Sumbing Via Adipuro
1. Persiapkan fisik, mental dan peralatan.
2. Registraksi dilayani 24 jam. Tetapi alangkah
baiknya bila sebelumnya sudah memberi tahu (=kabar) ke BC.
3. Sebelum mendaki dan setelah mendaki harap
melaporkan diri ke BC tujuan untuk data dan demi keamanan.
4. Jalur Adipuro relatif sepi.
5. Jalur Adipuro ini memiliki pemandangan yang keren.
6. Bagi yang suka nenda, nendalah di pos 3, aman
dan keren, deket dengan sumber air.
Ø
Estimasi
Waktu Pendakian Gunung Sumbing via Adipuro
1. Basecamp - Pos Ojek : 15-20 menit
2. Pos Ojeg - Pos 2: 30 menit
3. Pos 2 - Pos 3: 2 jam
4. Pos 3 - Pos 4 : 1,5 jam
5. Pos 4 - Puncak: 1 jam 20 menit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar