SUMBING VIA BANARAN: JALUR
PENDAKIAN TER-SAFETY
Oleh:
Heri
Salam
Rimba, Salam Petualang, Salam Lestari, Salam Persahabatan. Selamat berjumpa
dengan kisah yang berbeda walau pada setapak yang sama. Jaman boleh berubah,
namun pengalaman tetaplah personal. Banyak cara mengabadikan peristiwa hidup.
Salah satunya adalah dengan merekam peristiwa. Ada banyak metode. Sekarang ini
merupakan era digital dan visual. Maka, informasi yang disampaikan pun mengarah
pada rekaman video atau film. Berbagi info dengan tulisan mulai ditinggalkan.
Minimnya informasi tertulis di internet tentang jalur gunung Sumbing via
Banaran inilah yang mengusik hatiku untuk mencoba membagikan sepercik kisah,
pengalaman singkat dalam menapakinya.
Dewasa
ini, dunia pendakian bukan sesuatu yang asing. Bahkan cenderung udah biasa.
Pakai banget lagi. Kendati demikian, yang namanya hoby tetaplah memanggil untuk
dituruti. Jalur-jalur resmi pendakian selalu dijejali pendaki beserta sisa-sisa
pendakiannya. Maka, ketika ada informasi mengenai jalur baru, saya selalu
tergelitik untuk mencobanya. Ada tantangan di sana. Namun yang paling utama
adalah sepinya jalur. Kesunyian gunung, selalu mendulang rindu dalam kalbu.
Entah mengapa saya selalu rindu bercumbu dengan kesunyian gunung. Mungkin ada
damai di sana atau bisa lebih dari pada itu. Mari kita simak, ….
Sekilas tentang Gunung Sumbing
Gunung
sumbing sering dipahami sebagai salah satu gunung kembar. Sedangkan kembarannya
adalah gunung Sindoro. Gunung Sumbing terletak di 4 kabupaten Temanggung- Wonosobo-Purworejo-Magelang
Jawa Tengah. Salah satu daya tarik dari gunung ini adalah keindahan kawahnya. Gunung
Sumbing juga terkenal sebagai gunung tertinggi ke-2 di Jawa Tengah setelah
gunung Slamet dengan ketinggian 3.371 mdpl. Gunung Sumbing menempati urutan
gunung tertinggi ke-3 di Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet.
Gunung
Sumbing merupakan salah satu gunung api yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia.
Bersama-sama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam
gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari
arah Temanggung. Celah antara gunung ini dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan
provinsi yang menghubungkan kota Temanggung dan kota Wonosobo. Jalan ini biasa
dijuluki sebagai "Kledung Pass”.
Jika
ada pendaki yang menyebut istilah “Expedisi triple S” Gunung Sumbing
termasuk didalamnya, melengkapi gunung dengan awalah huruf “S” lainnya, yaitu Sindoro,
Sumbing dan Slamet.
Gunung
sumbing memiliki beberapa puncak, yaitu puncak Buntu, puncak Kaliangkrik
(Sejati), puncak Kawah, dan puncak tertingginya adalah puncak Rajawali. Untuk
menuju puncak Sumbing sebenarnya ada banyak jalur, yakni via Garung, via Cepit,
via Bawongso, via Mangli Kaliangkrik, dan via Butuh Kaliangkrik, via Lamuk, via
Sipetung dan yang terbaru adalah via Banaran Temanggung.
Gunung Sumbing via Banaran
Gunung
sumbing via Banaran, kecamatan Tembarak, kabupaten Temanggung belumlah sebagai
jalur resmi. Ijin dari TNGS masih dalam proses. Jalur ini baru dibuka pada
bulan Agustus 2016. Maka tidak mengherankan bila Sumbing via Banaran ini untuk
sebagian orang agak awam bahkan asing dan tidak kenal atau belum tahu.
Kendati
jalurnya belum resmi, namun tim pengelola patut diacungi jempol. Menjelang
pendakian ramai, pasti tim SAR setempat akan siap sedia di Pos 2 dan 3. Alasan
yang disampaikan adalah demi menghindari hal-hal yang tidak baik. Dengan kesiapan
mereka di pos-pos tersebut, maka ketika ada pendaki yang mengalami situasi
tidak baik, akan sangat cepat teratasi atau minimal segera dapat diatasi.
Pengalaman
saya, pada saat mendaki jalur ini dan memang ada pendaki yang dievakuasi.
Dengan sigap pihak pengelola segera cepat turun tangan, bahu membahu untuk
segera mengevakuasi. Sistem estafet mereka terapkan sehingga masing-masing
penjaga pos bekerja dan tidak akan menghabiskan tenaga tim pengelola. Selain
kesiapan tim SAR setempat, sikap ramah para penduduk menjadi daya tarik yang
luar biasa. Keramahan itu juga didukung dengan suguhan segelas teh panas saat
datang di base camp dan segelas teh panas saat turun gunung. Oleh karena itu,
saya berani menyimpulkan bahwa jalur ini merupakan jalur ter-safety.
Jalur
pendakian Sumbing via Banaran dapat ditempuh dengan waktu rata-rata 7 sampai 8
jam perjalanan untuk sampai di puncak Kawah / Segara Banjaran. Dari Segara Banjaran
nanti bisa ke puncak jalur Sejati/ puncak Buntu/ puncak tertinggi Rajawali. Perjalanan
dari Segara Banjaran (sabana yang berada di kawasan kawah Sumbing) untuk mencapai
masing-masing puncak membutuhkan waktu rata-rata
1 jam.
Transportasi menuju Basecamp
Gunung Sumbing via Banaran
Saya
berangkat berdua (dengan isteri) dari Solo Jawa Tengah. Kami memulai perjalanan
dari Solo menjelang sore, sekitar pukul 15.30. Kami menggunakan sepeda motor. Sebelum memulai pendakian, saya
menyempatkan diri untuk searching peta perjalanan. Tetapi kenyataan jalan tidak
sesederhana yang ditampilkan oleh google
map. Kami sempat tersesat, kehilangan arah. Bertanya pun banyak orang yang
tidak tahu. Namun, kami percaya bahwa desa Banaran, Tembarak, Temanggung itu
ada. Akhirnya, kami dipandu oleh pengelola base
camp hingga kami sampai di base camp
Banaran sekitar pukul 19.30.
Sedikit
informasi, untuk menuju base camp Banaran
Temanggung yang dari timur (Secang sebagai titik pertemuan dari arah Semarang/utara
dan dari Yogjakarta/selatan), sebelum alun-alun Temanggung nanti ada perempatan, ambil kiri (ada bank BCA). Lebih mudah
bila mencari jalan Pahlawan. Ikuti jalan Pahlawan sampai menemukan Makam
Pahlawan Temanggung, berarti sebelah kiri jalan. Dari makam pahlawan ini, lurus
sekitar 40-50 meter, akan bertemu dengan pertigaan yang sudah ada papan
penunjuk jalan arah base camp Banaran. Tetapi jangan tertipu, di plang penunjuk jalan tersebut
tertulis 3 km. Tetapi menurut spidometer motorku sampai 6 km, barulah kami tiba
di base camp Banaran.
Kalau
masih bingung silahkan menghubungi nomor pengelola, yaitu 081226469505
Atau
ikuti IG @sumbingeastroute
Simaksi pendakian Gunung
Sumbing Banaran
Untuk simaksi pendakian
mudah dan terkoordinir dengan baik. Termasuk tarif ojek juga melalui pengelola.
Dengan demikian pendaki diuntungkan karena tidak usah menawar atau nego dengan tukang
ojek. Semua telah dikelola oleh base
camp Banaran.
·
Tiket pendakian = Rp. 10.000/orang
·
Parkir sepeda motor = Rp. 5.000/orang
·
Ojek bascamp – Pos 0 = Rp. 15.000/orang
·
NB: tarif ini tidak bersifat tetap. Ada kemungkinan
akan mengalami perubahan sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Ringkasan
waktu Perjalanan
1.
Base
camp –
Pos 0 = jalan kaki 1,5 jam / ojek 15 menit (jarak
tempuh 2 km)
2.
Pos 0 – Pos 1 = 1-1.5 jam (jarak tempuh 1,5 km)
3.
Pos 1 – Pos 2 = 45 menit – 1 jam (jarak tempuh
687 m)
4.
Pos 2 – Pos 3 = 45 menit – 1 jam (jarak tempuh
592 m)
5.
Pos 3 – Pos 4 = 45 menit – 1 jam (jarak tempuh
627 m)
6.
Pos 4 – Segara Banjaran = 1,5 – 2 jam (jarak
tempuh 2, 1 km)
7.
Segara Banjaran – Puncak = 1 jam
8.
NB: Sumber air ada di atas Pos 4 (jarak tempuh Pos 4-Mata Air sekitar 400 m)
Sekelumit
Kisah Pendakian Kami (Aku dan Isteriku)
Sebuat
saja saya adalah Jimanto dan isteriku adalah Regina Nunuk. Telah agak lama kami
tidak melakukan pendakian bersama, pendakian hanya berdua. Kesibukan kerja
menjadi kan kami sering mengalami kesulitan menetukan waktu agar bisa
bercengkerama dengan alam. Hingga pada akhirnya, kami membuat agenda guna
mengisi libur nasional 2 hari berturut-turut untuk mendaki gunung Sumbing. Kami
memilih jalur baru, Sumbing via Banaran. Biar ada tantangan dan
rekreasi-petualangan kian terasa.
Sabtu-Senin,
10-12 Desember 2016, kami akan membuka diri dalam pelukan damai gunung Sumbing.
Usai bekerja, kami masing-masing pulang ke rumah. Segala persiapan telah saya
packing Jumat malam. Berharap, Sabtu usai kerja langsung bisa tancap.
Sesampainya di rumah, sejenak istirahat, makan siang, kemas-kemas. Tepat pukul
15.30 kami pun berangkat. Selamat datang petualangan. Mari nikmati nga-penture
dengan cara masing-masing.
Meliuk motor kesayangan
di jalanan. Kadang lambat, kadang cepat, kadang juga biasa-biasa. Sering kali
berhenti untuk mengais informasi, agar perjalanan tepat sasaran dan tidak salah
tempat. Ketika tersesat dan salah jalan, agap saja sebagai hiburan. Rasanya
tidak nyaman bila petualangan hanya lancar-lancar saja. Tersesat dalam
ketidaktahuan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari petualangan itu
sendiri.
Hingga kami, tiba di base camp Banaran tepat pukul
19.30. Saatnya istirahat. Sebentar lagi akan berganti medan petualangan, yaitu
jelajah setapak gunung dan hutan.
a)
Basecamp Menuju Pos 0
Kami
memulai pendakian sekitar pukul 21.15. Setelah bercengkerama dengan penjaga
b.camp yang super ramah, kami memutuskan
untuk mengalami sendiri apa yang mereka kisahkan. Menuju Pos 0 kami menggunakan jasa ojek agar
mempersingkat waktu juga mengirit tenaga. Lagian sepanjang hari kami memang
belum beritirahat. Maka, tenaga harus dihemat. Selain itu, kami juga sadar
bahwa kami telah lama tidak mendaki.
Medan
menuju Pos 0 ini lumayan menguji adrenalin. Jalanya masih berupa bebatuan dan
nanjak melewati perkebunan warga. Untungnya, kami jalan malam sehingga sensasi
kengerian lumayan terkurangi. Jarak tempuh hanya sekitar 2 km, misalkan ditempuh
dengan jalan kaki bisa sampe 1,5 – 2 jam. Sekitar 15 menit, kami pun tiba di
Pos 0.
Pos
0 berupa tanah datar yang difungsikan untuk menumpuk kompos. Karena di pos ini,
merupakan ujung jalan yang bisa dilewati oleh mobil barang. Sehingga di pos ini
sangat ramai, karena warga banyak yang berlalu lalang untuk mengambil kompos
sebagai pupuk. Di pos ini juga, view nya sudah sangat baik. Untuk penyemangat
saat mau nanjak dan obat lelah saat turun.
Tepat
pukul 21.30, kami memulia pendakian. Kami mengawali dengan berdoa. Semoga Tuhan
menyertai dan melindungi sehingga pendakian akan berjalan dengan lancar dan aman.
b)
Pos 0 Menuju Pos 1 (Seklenteng)
Malam
kian merangkak. Ditemani semilirnya angin gunung yang menusuk tulang. Di langit
temaram sinar rembulan berbalut dengan cahaya bintang yang malu-malu terus
merayu untuk terus melangkah. Namun, tenaga yang renta menjadikan kami terus
terengah dan makin terengah.
Tak
henti-hentinya kami, berharap agar setapak bukan kian menanjak. Namun yang ada
adalah tanjakan kian tak berkesudahan. Saat ada sedikit medan datar, kami pun
beristirahat. Jalur ini seolah-olah tidak berujung. Plang penunjuk Pos 1, begitu
memenuhi relung imajinasi. Kapan kami bertemu dengan plakat itu. Hingga sekitar
pukul 23.00, kami tiba. Sejenak beristirahat. Kami bertemu dengan dua pendaki
berasal dari Bekasi yang sedang beristirahat, tidur dalam tenda.
Jalur
menuju Pos 1 ini, selepas lading penduduk kamki langsung memasuki hutan. Jalurnya
setapak, yang cukup bersahabat, ada landainya dan juga ada tanjakan yang cukup
tinggi. Perjalanan dari Pos 0 sampai di
Pos 1 itu sekitar 1-1.5 jam. Di pos 1 ini terdapat sebuah bangunan besar. Di sini
terdapat makam yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Banyak orang dating untuk
berdoa di sini. Di pos ini, juga terdapat sumber air. Kendati tidak banyak
tetapi lumayan untuk membantu persediaan.
c) Pos
1(Seklenteng) menuju Pos 2 (Siwel-Iwel)
Tidak
berapa lama kami beristirahat, kami langsung meneruskan langkah. Kami berharap
bisa memperoleh tempat di Pos 3. Sepanjang perjalanan kami tidak bertemu dengan
pendaki lain. Pelan-pelan kami terus melangkah. Mata kian berat diserang kantuk
dahsyat. Tubuh kian gontai, namun kami tersu memaksa untuk melaju.
Jalur
untuk menuju Pos 2 sebenarnya tidak jauh beda waktu menuju Pos 1. Masih didominasi
hutan mandingan. Hutan yang cukup rapat, padat. Keadaan ini cukup menguntungkan
karena angin tidak akan langsung mengenai tubuh. Sehingga lebih terasa hangat. Kami
sesekali beristirahat untuk mengatur nafas. Hingga kami melihat cahaya dalam
tenda. Kami pun yakin kalau itu adalah Pos 2. Benarlah keyakinan kami itu. Kami
melihat ada 2 tenda, namun semuanya lelap. Ketika kami menyapa tidak ada
jawaban. Kami hanya istirahat sebentar, target kami adalah Pos 3.
Sebenarnya,
jarak antara pos 1 ke pos 2 tidak begitu. Bila tenaga masih prima mungkin tidak
lebih dari 30 menit. Tetapi kami menempuhnya sekitar 45 menit. Di Pos 2 ini terdapat
pohon besar dan juga cukup luas bisa menampung sekitar 10 tenda. Tempatnya cukup
teduh, terlindung dari sinar matahari, karena pepohonan hutan yang sangat
padat.
d) Pos
2 (Siwel-Iwel) Menuju Pos 3 (Punthuk Barah)
Tenaga
yang kian koyak tak mampu menopang gairah kami. Tenaga yang tersisa terus kami
genjot agar segera sampai di pos 3. Namun, jalur kian nanjak hebat. Bahkan bisa
dikatakan jalur tanpa ada bonusnya. Nafas tua kami makin tersengal. Namun kami
memiliki pengalaman untuk tersu bertahan dan berjuang. Hingga kami melihat
cahaya-cahaya dalam tenda seperti perkampungan. Berarti pos 3 sudah dekat. Kami
makin bersemangat. Namun semangat kami harus kandas berujung kecewa. Tidak ada
tempat untuk mendirikan tenda. Semua telah penuh.
Rencana
harus diubah. Yang penting lanjut lagi. Saat ketemu area yang bisa untuk
mendirikan tenda di situlah kita akan bermalam. Karena menurut info, Pos 4 juga
telah penuh, tanpa sisa untuk mendirikan tenda.
Di
Pos 3 ini, lahan cukup luas bisa menampung hingga 12 tenda. Suasana cukup
nyaman, terhindar dari angiin gunung. Udara terasa hangat karena padatnya hutan
pepohonan. Di pos ini juga terdapat tempat istirahat. Pos ini juga merupaka
pertemuan jalur Lamuk dan Banaran.
e)
Pos 3 (Punthuk Barah) Menuju
Pos 4 (Watu Ondo)
Dalam
suasana hati yang kecewa, kami terus melangkah dengan membesarkan harapan
segera mendapat tempat yang datar untuk mendirikan tenda. Kami dikuti oleh satu
rombongan yang juga mengalami situasi yang sama, tidak mendapat tempat. Awalnya
mereka berdesakan di sela-sela tenda. Saat mendengar ada pendaki yang lanjut,
mereka juga lanjut. Akhirnya kami bersama-sama berjalan. Namun, kami tidak bisa
mengingkari kalau tenaga kami memang sudah sangat terkuras. Akhirnya mereka pun
meninggalkan kami. Monggo aja, masih
muda.
Menuju
Pos 4 jalur semakin menjadi-jadi tidak ada bonusnya. Jalur kian lama kian
nanjak terus, dan jalur agak sedikit licin. Selain itu juga penuh dengan
patahan ranting-ranting kering yang lapuk dan mungkin ada yang tajam. Maka harus
ekstra hati-hati. Sepanjang jalur, mata kami nanar untuk mencari tempat yang
bisa mendirikan tenda. Namun, keinginan kami hanyalah keinginan belaka. Hingga kami
mendengar sayup-sayup suara riuh pendaki. Berarti pos 4 sudah dekat.
Dari
pada kecewa sampai pos 4 tidak dapat tempat mending berhenti, berpikir. Kemudian
saya memutuskan untuk membuka lahan guna mendirikan 1 tenda. Lalu dengan segera
tanpa menunda waktu segera kuratakan tanah dengan golok kapak yang serba guna. Kami
tiba di area ini sekitar pukul 01.30. Lalu kamipun segera mendirikan tenda. Membikin
minuman hangat dan istirahat.
f)
Pos 4 (Watu Ondo) Menuju Segara
Banjaran
Pagi
menjelang, udara begitu segarnya. Terlihat samar-samar dari balik pepohonan
pemandangan yang memanjakan mata. Segera kami pun bergegas untuk membuat
sarapat. Target hari ini, segera bisa mencapai puncak. Karena musim sulit
ditebak. Cuaca tidak dapat diprediksi. Mumpung alam member tanda kalau akan
cerah dan bersahabat. Semoga kami, bisa menikmati keindahan Sumbing dengan
cuaca yang bersahabat.
Hanya
10 menit kami telah tiba di kawasan Watu Ondho. Sebuah medan yang lumayan
menantang terutama untuk yang trauma ketinggian. Isterku pun sempat menyerah
dan mau balik. Untung banyak pendaki yang mensport member dukungan untuk terus
melewati medan watu ondho ini.
Tantangan
berat bagi yang memiliki fobia telah terlewati. Kami pun tiba di pos 4, yaitu
pos Watu Ondo. Di pos 4 sangat luas bisa menampung 20 tenda. Banyak pendaki
yang mengidolakan untuk bisa camp di pos 4 ini, karena dari sini sunrise sudah dapat dinikmati. Namun, di
pos ini rawan badai karena tempatnya terbuka.
![]() |
tantangan watu ondho |
Selepas
pos 4 kami melihat papan penunjuk arah menuju mata air. Untuk sumber air kalau
musim hujan lancar, tapi kalo kemarau kadang kering. Karena sumber airnya itu
dari sungai.
Pelan-pelan kami terus melangkah. Selepas pos 4, medan
didominasi oleh sabana. Padang rumput yang luas bahkan amatsangat luas. Tanjakan
juga tidak semengerikan di pos-pos sebelumnya. Medan terbuka, maka misalkan ada
badai amat sangat rawan. Mata selalu dimanjakan oleh keindahan barisan menghijau.
Hamparan tebing-tebing yang berpadu dengan hijaunya sabana yang teramat luas. Amazing. Waktu tempuh untuk menuju
sabana kawah Sumbing, dari pos 4 untuk menuju pos Segara Banjaran skitar 1,5-2
jam.
g)
Segara Banjaran Menuju Puncak
Setelah
tiba di Segara Banjaran, kami cukup lama menikmatinya.ada imajinasi yang muncul
ketika ada dalam suasana alam yang baru. Sebuah fantasi tentang jaman
purbakala. Asik aja. Menurut informasi dari Segara Banjaran bisa menuju 3
puncak sekaligus. Kalo ke kiri nanti ke puncak Sejati, kalo ke kanan menuju
puncak Buntu Garung, kalo lurus nanti menuju puncak tertinggi Rajawali.
Setelah
cukup menikmati imajinasi yang lahir dari suasana yang fantastis ini, kami
meneruskan langkah. Kami langsung menuju kawah. Kami menyempatkan pergi ke
makam untuk berziarah, berdoa sebentar kemudian meneruskan langkah. Kabut dating
begitu tebal, lalu sempat hujan rintik-rintik. Segera kami pun memakai mantol. Pada
saat seperti ini, mental isteriku sedang diuji. Ia hamper menyerah. Berhenti cukup
di kawah. Lalu akupun mengajaknya untuk langsung turun. Tidak ada kata
berpisah. Satu berhenti yang lain juga. Apa lagi kami, hanya berdua.
Tiba-tiba
ia mengubah keputusan, ia mau menemani ke puncak Rajawali. Ritme pendakian pun
aku ubah. Dengan sangat santai. Yang penting isteriku mampu menikmati
petualangan ini. Mampu mengatasi segala kelemahannya. Hingga akhirnya kami,
tepat pukul 11.30, kami tiba di puncak tertinggi Sumbing.
Untuk
sementara, kami menikmati keindahan alam dari puncak Rajawali ini. Sungguh kami
bersyukur atas kesempatan bisa menikmati keindahan karya Tuhan dari ketinggian
Sumbing.
h) Saatnya
Turun
Tepat
pukul 12.00 kami turun dari puncak. Sepanjang perjalanan kami disuguh keindahan
alam dengan segala dinamikanya. Kadang kabut turun begitu pekat sampai tidak
melihat apa-apa. Setelah itu alam terbuka,kami dihadapkan pada bentangan padang
rumput menghijau. Keren. Hinngga tepat pukul 14.30, kami tiba di tenda. Sebelumnya
kami sempatkan diri untuk mengambil air, sebagai setok dan saatnya membuat menu
special untuk makan besar. Makan enak.
Menemukan Makna dari Sebuah
Perjalanan
Setiap peristiwa
pasti menorehkan makna. Melalui setapak Sumbing via Banaran, kami, khususnya
hidupku beserta isteriku semakin dikuatkan dalam mengikatkan hati. Melalui perjalanan,
kami semakin dibuka untuk semakin mengerti diri kami masing-masing. Sehingga pada
akhirnya, kami makin bisa saling menerima, memberi dan mengisi. Semoga dengan
petualangan ini, cinta kami makin kokoh menyatu untuk saling menggiring hidup
yang penuh suka cita, penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Terimakasih Sumbing, terimakasi
untuk siapapun yang kami jumpai, terima kasih Tuhan atas segala berkat
perlindungaMu. Semoga kami, bisa mengulang petualangan seperti ini lagi. Amin.