Selasa, 11 Mei 2021

CATATAN PERJALANAN: MENDAKI GUNUNG SUMBING VIA ADIPURO

  CATATAN PERJALANAN: GUNUNG SUMBING VIA ADIPURO

Oleh: Heri Jimanto

 

kiri-kanan: Aku (Jimanto), Istriku (Ratih), Priska, Pasca, Ariel, n Sinyo

Salam jumpa sobat petualang. Kembali bertemu dalam sebuah cerita. Kali ini aku akan berbagi pengalaman mendaki Gunung Sumbing. Sejujurnya perlu kukatakan bahwa 2 tahun terakhir ini aku sudah mulai malas menulis. Tentu ada alasannya. Pada mulanya niat utama menulis karena memang suka menulis, tetapi juga ada keinginan untuk berbagi informasi atau pengalaman itu sendiri. Ketika ujung kehendak tak berjumpa dengan realita maka dengan sendiri semangat itu melemah. Aku hanya pengin omong gini lho, bahwa dulu ketika menulis catatan perjalanan yang membaca 1 tulisan bisa ribuan orang. Tetapi akhir-akhir ini 1 artikel atau 1 tulisan yang berkenan membaca tidak sampai 100.

Apakah memang benar orang Indonesia itu tidak punya minat baca dan lebih suka liat chanel you tube?

Aku kira tidak. Justru tulisan ini terjadi karena perjumpaanku dengan seorang bloger yang setia untuk menulis. Dibaca atau tidak ia mewajibkan dirinya untuk 1 bulan sekali posting tulisan. Baginya membaca lebih memperkaya nalar, imajinasi dan mengisi rasa. Sejujurnya akupun merasa demikian juga. Lebih suka membaca kisah orang lain dari pada menonton atau melihat dokumentasi kegiatan orang lain. Lebih suka membaca catatan perjalanan dari pada melihat rekaman kegiatan perjalanan. Oleh karena itu baik bila sesama penggemar baca saling menyediakan bahan untuk dibaca.

Jadi, tulisan ini ada karena aku lebih suka membaca catatan perjalanan dan saat ini juga sudah makin langka untuk menemukan tulisan atau catatan perjalanan mendaki gunung di internet. Lebih gampang nyari rekaman video dokumentasi perjalanan di you tube. Aku yakin, yang kualami ini juga dialami oleh teman-teman yang lain. Oleh karenannya, tulisan ini untuk menyediakan bahan bacaan bagi yang suka menikmati kisah perjalanan dari sebuah tulisan dan tentu ada keinginan juga untuk mengabadikan kisah-kisah sederhana yang boleh kualami lewat rangkain kata.

 


Pada mulanya …

            Pernah kuceritakan bila sebagai pekerja yang mengabdi pada lembaga formal, tanggal merah adalah karunia untuk sejenak bahagia. Maka bila ada 2 atau lebih tanggal merah yang berjajar, pasti aku akan melakukan sebuah kegiatan petualangan, terutama pendakian. Entah mengapa aku begitu suka dengan segala hal yang berkaitan dengan suasana gunung. Ada kepuasan yang tak mampu kubahasakan tentang sensasi aroma tanah basah, setapak licin, semak-belukar, pepohonan, hutan, batu, jurang, sabana, langit biru, dingin malam, dll.

            Jauh-jauh hari telah kutetapkan bahwa hari Sabtu-Minggu, 1-2 Mei 2021 aku akan mendaki gunung. Pada mulanya aku memilih Gunung Sumbing jalur Makukuhan, dukuh seman, Wonosari, Bulu, Temanggung yang belum lama telah resmi sebagai jalur pendakian gunung yang syah. Kusampaikan ide ini ke istriku dan ia pun antusias untuk ikut. Asik saja. Lalu kami menghubungi beberapa teman yang selalu berpesan bila kami berdua ada rencana mendaki tolong dikabari. Pesan telah tersampaikan ke beberapa teman dan akhirnya fix ada 4 teman yang gabung sehingga total rombongan akan menjadi 6 orang.

Sedikit informasi bahwa Gunung Sumbing sebenarnya masuk wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Wonosobo, dan Temanggung, Jawa Tengah. Maka, tidak mengherankan bila gunung  ini memiliki banyak jalur. Tiap kabupaten memiliki jalur pendakian lebih dari 1 karena masing-masing desa di lereng sumbing memiliki jalurnya sendiri. Tentu saja, ada yang sudah resmi sebagai jalur pendakian, tetapi ada pula yang masih ikut jalur penduduk saat ziarah. Oleh karena itu  gunung ini tidak pernah sepi dari kunjungan para pendaki atau peziarah.

Jumat, 30 April 2021 H-1 ketika kami telah mempersiapakan segala sesuatunya untuk pendakiaan besok, tiba-tiba pada pukul 16.00 ada pemberitahuan lewat chat WA bila semua jalur pendakian di wilayah Kabupaten Temanggung harus tutup, hal ini karena merespon situasi terkini yang mana kasus penularan covid-19 mengalami peningkatan, maka kegiatan yang mengundang kerumunan masa banyak yang dihentikan atau dilarang.

Maka, aku pun berinisiatif untuk mencari info jalur lain atau harus ganti gunung. Segera kusampaikan ke teman-teman. Mereka tetap antusias untuk mendaki. Jaman sekarang melacak CP BC jalur pendakian tidak sulit. Berselancar di IG dan segera ku-DM beberapa BC Sumbing. Di atara sekian chat DM yang paling cepat merespon adalah BC Sumbing via Adipuro dengan jawaban yang sangat melegakan, “Pendakian tetap buka”. Segera kusampaikan ke teman-teman untuk tetap nanjak Sumbing tetapi lewat sisi tenggara. Pindah haluan dari rencana awal lewat timur laut menjadi arah tenggara.  Kami pun menyiapkan segala sesuatunya agar pendakian esok pagi berjalan dengan lancar, aman, serta membahagiakan.

 

Transportasi Menuju Basecamp Adipuro

            Kendati kami berenam, kami tidak berasal dari 1 daerah. 2 orang dari timur Solo sedangkan aku dan istriku dari barat Solo, lalu 2 teman dari Jogja. Kami berempat yang dari area sekitar Solo sepakat untuk bertemu di rumahku sekitar pukul 5 dan pasang target jam 6 bisa jalan. Tetapi yang terjadi tepat pukul 08.00, kami baru start menuju barat, Magelang. Kami berpesan untuk yang start Jogja agar memulai perjalanan 1 jam setelah kami jalan.

            Kami yang dari Solo mengendarai 2 sepeda motor saling boncengan. Motor meliuk-liuk mengikuti alur jalanan Solo-Boyolali-Selo-Blabak-Magelang. Setelah ketemu di titik yang disepakati, 4 motor dengan membawa 6 penumpang kembali meliuk menuju Kaliangkrik.  Untuk menuju Kaliangkrik bagiku pribadi itu mudah karena sudah pernah 3 kali, 2 x lewat jalur Butuh dan 1 x via Mangli. Sesampainya di pasar Bandongan aku bertanya ke warga dan mendapat arah jalan yang harus kami lalui. Kendati mendaki Sumbing aku pribadi sudah pernah 6 x tetapi via Adipuro merupakan pengalaman pertama. Jadi, ini termasuk kategori pendakian ekspedisi. Sebenarnya, lokasi BC sudah bisa dilacak  dengan mengikuti GPS. Tetapi aku lebih suka bertanya pada warga setempat. Anggap saja sebagai pemanasan dalam kegiatan petualangan. Bila sobat petualang berminat kesana bisa menghubungi pengelola (wa 082138025235), atau menghubungai IG  @basecamp_sumbing_kaliangkrik.

                       


Simaksi Pendakian

            Kami tiba di BC sekitar pukul 11.30. Suasana BC, khas suasana pedesaan lereng gunung. Sapa dan senyum warga lokal merupakan sambutan yang luar biasa.  Setelah berkendara cukup lama, kami pun tiba di BC Sumbing Adipuro yang beralamat di dukup Prampelan, Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Magelang. Suasana BC terlihat sepi, hanya ada beberapa pengelola yang berjaga. Lalu kami asik ngobrol, sambil bongkar perbekalan dan packing ulang.



            Tak lupa kami pun mendaftar diri dengan mengisi buku tamu, form pendakian dan perbekalan yang dibawa. Lalu menyerahkan ke pengelola dengan disertai KTP asli. Juga membayar Rp 15.000 untuk perhutani, Rp 5.000 untuk biaya kebersihan BC, dan Rp 5.000 untuk parkir 1 sepeda motor. Jadi total ongkos yang kukeluarkan sebesar Rp 25.000. Biaya ini belum termasuk ojek dengan tariff Rp 25.000. Aku sarankan kalau mau mencoba jalur ini lebih baik pakai jasa ojeg, karena akan memangkas perjalanan antara 3-4 km. Lumayan kan meringankan kaki dan memberi jeda sejenak agar pundak tidak cepat getar.




Oh ya, sebelum keberangkatan kami dibawain HT. Sebuah alat komunikasi paling efektif di jalur gunung. Tujuan utama adalah sebagai alat komunikasi, bila ada apa-apa bisa kontak langsung BC. Pihak BC berpesan, HT dihidupkan hanya pada saat membutuhkan saja, supaya baterai awet. Bagiku hal seperti ini perlu ditiru oleh pengelola BC-BC lainnya di setiap gunung, sehingga kalau ada apa-apa, komunikasi dengan pihak BC akan langsung tersampaikan. Keren. Mantap.

           

Ceritaku tentang Pendakian Gunung Sumbing Via Adipuro (dalam bentuk dokumen vidio)

 


Ceritaku tentang Pendakian Gunung Sumbing Via Adipuro (dalam bentuk tulisan)

            Hari ini, Sabtu, 1 Mei 2021 bersama hari buruh yang memberi ruang untuk sejenak istirahat dari diri sebagai buruh, di bawah payung biru langit dan di hadapan hamparan permadani hutan, ladang dan semak belukar, kami berenam dengan jeda usia yang tidak mepet, memantapkan diri untuk memulai langkah guna melukis cerita pada setapak Sumbing via Adipuro. Semangat berkobar dalam dada menggelorakan asa untuk menebus batas diri yang siap menyaji.



Ø  Basecamp - Pos Ojek

Tepat pukul 12.30, pasukan ojeg yang sudah siap mengantar telah berjajar dengan masing-masing kuda besi tercintanya. Kami pun tidak menunda waktu, segera masing-masing memberikan barang bawaan untuk ditaruh depan pengemudi, sedangkan kami langsung duduk di jok belakang.

Pada mulanya jalur melintasi pemukiman penduduk, senyum sapa penduduk pada driver sekaligus boncengernya manjadi warna yang mengasikan. Melewati jalan makadam yang hanya sekitar 300 m, kini berganti merambati jalanan yang hanya ditutupi batu yang tertata rapi, tidak halus tetapi penuh dengan guncangan manja. Selepas melewati pemukiman, jalur seutuhnya membelah ladang warga. Mata dimanja oleh lukisan barisan tanaman sayur yang menghijau, hal ini dipadu apik dengan latar gunung Sumbing yang menjulang gagah menawan. Sesekali barisan kabut menyembunyikan keindahan semesta pada jalur Adipuro ini.

Jalan yang membelah ladang kadang nanjak manja, berkelok tajam dan juga beberapa kali motor harus meraung untuk menuntaskan tanjakan terjal. Hingga akhirnya sekitar 20 menit, tibalah kami di hutan sekitar 100 m setelah batas ladang. Semua telah tiba di Pos Ojeg, tempatnya tidak begitu luas, hanya medan datar yang bisa dipakai untuk memutar motor ke arah sebaliknya.

 

Ø  Pos Ojek - Pos 2

Pos Ojek merupakan medan datar yang tidak bisa dipakai untuk mendirikan tenda. Pos ini hanya sebagai tempat untuk perhentian dan penantian. Berhenti saat mengantar penumpang dari BC dan sebagai tempat untuk menunggu pendaki yang turun dan telah memberi kabar ke BC lewat HT. Dari obrolan dengan tukang ojeg, ada rencana akan didirikan selter untuk sekedar beristirahat atau menunggu agar lebih nyaman dan hangat.

Mengawali petualangan ini, kami berenam terdiri dari 2 orang ibu, 1 bapak dan 3 anak muda akan merambati setapak Sumbing dengan kaki kami masing-masing. Setelah melambungkan doa memohon perlindungan dari sang Penguasa Semesta dan sedikit melepaskan sekaligus menyerukan harapan dengan bersama berteriak, “Sumbing: Yess”, kami dengan mantap melangkah.

Diawali medan datar yang merupakan punggungan bukit yang dipapral, karena terlihat di sebelah kiri lereng bukit menjulang sedangkan di sisi kanan ada turunan bukit yang cukup curam. Sekitar seratus meter meninggalkan pos ojeg, terlihat di sebelah kanan aliran air yang menuruni tebing. Belum layak disebut air terjun, tetapi sudah menunjukkan keindahan yang asik. Tak berapa lama, kami pun menyeberangi sungai dengan bantuan jembatan yang sangat kokoh, melihat lintasan sungai yang penuh dengan genangan-genangan jernih, rasanya pengin berenang di sana.

Selepas jembatan, tidak ada toleransi, medan langsung mengular menanjak tajam dengan kemiringan 40-55 derajat. Mantap. Mental terkuras, dengkul langsung ambyar. Salah satu teman muda kami pun, mendadak perutnya beraksi, mulas. Pertanda asam lambung mulai naik. Sedangkan salah satu teman ibu-ibu kami pun juga seolah hilang daya. Terlihat wajah mulai memucat. Untungnya setelah beberapa kelokan dengan tanjakan yang memaksa kami untuk mencium lutut ada medan datar, sehingga kami bisa sejenak berteriak, “Bonus’. Akhirnya teman muda kami pun pecah di ujung panik dengan memuntahkan seluruh isi perutnya.

Kami pun memutuskan untuk sejenak rebah, mencoba mendamaikan raga, dan mental dengan kenyataan medan. Setelah berdamai dengan diri untuk menghadapi dan menjalani liku setapak Sumbing via Adipuro ini, kami pun bergegas mentatahkan tas kerir di bahu. Mengurangi jarak langkah agar lutut sedikit terkurangi getarannya. Dan tak berapa lama, kami telah tiba di pertigaan, pertemuan jalur kaki dan ojeg, yang sudah di atas pos 1 kalau murni jalan kaki. Selepas persimpangan, medan tidak terlalu terjal, tetapi unik. Kami semacam dimanja untuk meniti anak tangga dari akar-akar pepohonan. Hanya sekitar 200 meter dari pertigaan, telah terpampang papan bertuliskan Pos 2. Lega sekaligus senang. Saatnya untuk kembali rebah. Sebenarya kalau dihitung waktu antara Pos Ojeg - Pos 2 hanya membutuhkan 30 menit. Singkatkan?





.Ø  Pos 2 - Pos 3 Camp Area

Pos 2 merupakan medan datar yang cukup luas. Bisa menampung puluhan tenda. Di sini suasana sangat mengasikkan, banyak pepohonan cemara yang bikin rimbun dan udara yang sangat segar serta sejuk. Kami pun membongkar tas guna mencari asupan tenaga. Bekal nasi dan lauk ala kadarnya ditemani secangkir teh manis hangat mampu memburai lelah dan berhasil membangkitkan semangat yang sementara telah ambyar. Canda tawa adalah cara terampuh untuk memulihkan semangat dan energi bawah sadar.

Tepat pukul 13.50 kamipun kembali bergegas untuk melangkah. Langit masih biru, mentari masih asik bersinar garang. Kami bersyukur karena kabut tak henti-hentinya datang silih berganti untuk memayungi kami dari garang sinar surya. Selepas keluar area pos dua yang berkanopi pepohonan cemara mendadak langsung dihadapan pada mendan terjal yang ditumbuhi ilalang dan langsung menanjak tajam.



Sedikit informasi. Area pos dua sekarang memiliki 2 jalur. Jalur lama ditutup dan dialihkan. Tetapi jalur lama memang telah membentuk setapak yang sangat jelas, sedangkan jalur baru setapaknya belum terlalu terlihat. Sehingga bisa menimbulkan keraguan bagi para pendaki. Kendati penunjuk arah telah terpasang bahkan di BC pun telah di-breafing untuk mengikuti setapak baru, tetapi saat di lokasi pasti akan mengalami kebingunan jalur. Mudahnya adalah pilihlah setapak di sebelah kiri, langsung mengikuti punggungan bukit satu alur dengan punggungan bukit pos 2. Kalau setapak yang di sebelah kanan memang landai dan terlihat bagus serta lebar itu merupakan setapak jalur lama, tidak usah diikuti.

Memandang lurus kedepan terpampang tantangan yang tidak ringan, setapak mengular di jalur terbuka dan terpapar terik mentari, tetapi pada saat mengatur nafas sambil menengok ke belakang tersaji views yang amat sangat keren. Menantang sekaligus menghibur.



Sekitar 200 meter meninggalkan medan terbuka yang dihajar sinar surya, hati terasa lega karena memasuki hutan mandingan kecil yang dilanjutkan hutan cemara. Area dua hutan ini dengan tanjakan yang sangat tajam. Dijamin menguras tenaga. Lalu kami pun rebah di atas sebidang datar di bawah satu pohon yang cukup rindang. Medan datar seluas lapangan badminton ini sekaligus penanda bila tanjakan baru selesai setengah.

Tak berapa lama kami beristirahat untuk meluruskan lutut yang meregang karena terlalu sering ditekuk. Meniggalkan tanah lapang kami dipeluk oleh hutan mandingan yang cukup rapat. Tetapi tanjakan tidak berkurang, malah terasa semakin tajam. Hingga kami bertemu dengan lebatnya rerumputan yang masih di bawah hutan mandingan, ini menandai kalau hampir sampai di pertigaan. Lega rasa hati saat kami melihat plakat persimpangan, ke kanan arah puncak sejati, sedangkan arah kiri menuju jalur butuh.




Kami pun memutuskan untuk sejenak istirahat. Dari sini jalur didominasi medan datar, hanya mengitari beberapa punggungan bukit. Hingga kami pun tiba di Pos 3, camp area. Sedikit informasi, bila berjumpa dengan papan bertuliskan pos 3, dari area ini akan berjajar camp area yang bisa dipakai untuk mendirikan tenda dengan nyaman. Kami tidak memilih camp area bertuliskan Adipuro, karena kami menimbang untuk memilih area yang dekat dengan mata air dan sedikit terlindung dari hembusan angin.




Jam 16.15 kami tiba di camp area yang kami pilih. Sejenak diskusi untuk memilih area buat lapak istirahat. Lalu setelah kesepakatan terikat, kami pun membongkar kerir yang selanjutkan mendirikan tenda. Kami membawa dua tenda, 1 tenda kapasitas 4 orang unt kaum adam, sedangkan yang satu sangat esklusif buat 2 hawa yang kami kawal.

Tepat pukul 16.30 tenda telah gagah berdiri siap berubah menjadi kamar hunian sekelas hotel bintang 3. Suasana sore yang asik, pertanda tidak ada hujan yang akan menitik. Secangkir teh manis hangat juga ada yang memilih kopi dan coklat sangat pas untuk menemani kami menikmati keindahan lembayung senja. Kami hanya dapat menikmati siluet sunset, tetapi tidak bisa memandang langsung, karena kami berada di balik punggungan yang menyembunyikan mata menatap langsung matahari terbenam.



Sambil bersendau gurau dan menikmati suasanan sore yang sangat asik. Kami juga memadukan aneka bahan masakan dan bumbu di atas perapian. Hingga sebelum jam 19.00 hidangan malam pun telah tersaji, tidak menunda waktu kami pun mengikat hati membangun persaudaraan dengan sarana hidangan sederhana tetapi terasa sangat istimewa.

Canda tawa, kegembiraan dan suka cita menggiring malam untuk semakin larut. Langit menggelar bintang-gemintang yang dipimpin sinar rembulan. Sangat eksotis. Namun, lelah raga dan dingin malam tetap menghantar mata untuk redup dan segera kami pun bergegas melindungi diri untuk beristirahat. Berharap esok pagi bisa bangun dengan raga yang bugar dan semangat menyala untuk mengejar keindahan Sumbing dari pucuknya.

 

Ø  Pos 3 Camp Area - Pos 4 Pohon Tunggal

Tepat pukul 02.30, alarm HP bertugas dengan baik. Saat mana tidur menjadi paling asik dan nyaman, aku bergegas keluar dari SB dan menyalakan api untuk memasak air guna membuat sereal. Teman-teman yang lain masih asik dengan masing-masing mimpinya. Hingga tepat pukul 03.00, saat sereal sudah siap aku pun bangunkan semua teman-teman. Ini demi suksesnya misi mencapai titik akhir perjalanan. Semua berusaha untuk mengembalikan semangatnya dengan menikmati cemilan dan minuman sereal panas. Lalu bersiap-siap membawa hal-hal pokok yang mesti dibawa, minuman, logistic, P3K, dan buah-buahan.

Target awal kita berencana tepat pukul 03.30 akan memulai attack summit, tetapi yang terjadi kami mundur 20 menit, sehigga tepat pukul 03.50 kami baru mulai bergerak meninggalkan tenda dan berjuang menuju puncak. Aku yang bertugas jadi sweeper, baru saja selesai mengecek pintu-pintu tenda mendadak perutku berontak, memaksa isinya untuk segera dikeluarkan. Lalu kuputuskan, yang 5 orang jalan duluan karena 1 diantaranya sudah pernah melewati jalur, sedangkan aku baru juga 3 minggu yang lalu melewati setapaknya. Setelah sepakat, mereka bergegas bergerak agar raga cepat menghangat, sedangkan aku pun segera berburu untuk bersembunyi di balik semak-semak jauh dari setapak jalur.

Langit masih memaparkan pesonanya, taburan bintang-bintang yang berpadu harmoni dengan kerlap-kerlip lampu kota, menjadi penyemangat untuk melangkah. Usai aku menuntaskan misi rahasia, segera akupun bergegas untuk menyusul. Mereka telah melewati pos camp area Mangli, terlihat dari barisan senter di kejauhan. Kuperkirakan jarak yang telah mereka tempuh sudah sekitar 400 meter. Kupercepat langkah, hingga sebelum sungai terakhir selepas pos 3 mereka semua telah terkejar. Pasukan komplit, lalu kami selang seling saling memotivasi untuk terus melangkah. Sekitar pukul 05.20 kami pun tiba di pos 4.

 

Ø  Pos 4 Pohon Tunggal – Puncak Sejati

Kami tiba di Pos 4 bersamaan dengan satu rombongan besar dari Semarang yang katanya berjumlah 25 orang. Suasana cukup ramai. Bersyukur angin tidak bertiup dan kemilau semburat matahari terbit telah muncul. Sesuatu yang indah tepat di depan mata.



Sedikit gambaran pos 4 merupakan area medan datar tepat berada di punggungan bukit. Kelebihannya adalah tempat nyaman untuk menikmati keindahan pemandangan area bawah. Apa lagi pos 4 tepat menghadap ke arah timur. Jelas ini akan menjadi tempat terindah dalam menikmati pesona matahari terbit, pada malam hari dapat menikmati indah kota Magelang, dengan kerlip lampu-lampunya. Sedangkan area ini juga merupakan padang savanna. Hijau rerumputan beradu asik dengan kerlap gemintang dan lampu kota menyuguh indah panorama fajar. Intinya di Pos 4 ini yang ada hanya indah berganti keindahan. Sisi negatifnya adalah kalau ada angin, jelas akan dihajar habis-habisan.

Remang-remang cahaya fajar memberi mata leluasa untuk melihat pucuk Sumbing yang terlihat samar dan masih jauh. Aku pun memotivasi teman-teman untuk tidak kalah dengan kemalasan dan keragua-raguan. Lalu, kami akhirnya memilih untuk meneruskan langkah pelan-pelan menuju puncak yang sudah mulai jelas melambai-lambai.

Setelah tiba di pertengahan antara Pos 4 dan puncak, kami mulai terseok-seok. Kami saling memotivasi , bertegur sapa dengan pendkai lain, saling menyemangati. Ini lah kekeluargaan yang terbangun secara otomatis pada setapak gunung. Hingga tidak terasa kami saling melambai memberi semangat, karena ternyata laju yang tak sama dan jarak mulai merenggang.



Setelah tiba di ujung jalur, segera aku pun berbelok ke kiri, tak berapa lama tibalah aku di puncak “Watu Lawang”. Berhenti sejenak untuk menikmati keindahan lembah kawah, karena cuaca sangat bersahabat.  Teriakan kegembiraan teman-teman lain yang sudah sampai di puncak duluan menjadi penyemangat tersendiri. Bergegas kulanjutkan langkah. Tinggal satu gundukan maka tibalah aku di Puncak Sejati.

Syukur pada Tuhan tepat pukul 07.20, aku berserta semua teman rombonganku berada di puncak Sumbing via Adipuro, Kaliangkrik. Terimakasih pada semesta, kami berenam boleh menapakan kaki pada ketinggian 3.371 mdpl dengan mata memandang lepas panorama bawah dengan langit biru, bersih tanpa mendung dan segala keindahan dari ketinggian. Keren.



 Ø  Saatnya Turun

 Kendati hati berat untuk meninggalkan keindahan laksana kepingan surga yang tergelar dari  ketinggian 3.371 mdpl ini, namun kami harus turun, kembali ke kehidupan yang rutin kami jalani. Tepat pukul 08.00, kami pun bergegas untuk memantapkan langkah. Tertatih menuruni lereng terjal yang di beberapa titik merupakan medan pasir, jadi harus hati-hati agar tidak tergelincir.

Otot-otot kaki yang telah lunglai kembali tegak gagah kala mata menyapu pandang melihat bentangan marcapada dengan segala keelokannya. Terus melangkah dan melangkah menuruni setapak terjal yang tiada habis-habisnya. Hingga tepat pukul 09.40, tibalah kami semuanya di tenda. Segera kami pun membuat sarapan sekaligus makan siang.



Sambil beristirahat, sekaligus kami mulai packing. Sehingga habis makan dan ambil jeda sejenak kami akan bongkar tenda, kemas-kemas dan lanjut jalan. Kami targetkan maksimal jam 12.00 harus turun. Tepat pukul 11.30, setelah semuanya siap, tinggal angkat tas kerir  dan mulai melangkah, tiba-tiba satu diantara kami perutnya menjerit, atas bawah mengeluarkan isi perut. Lalu kami putuskan untuk bagi-bagi tugas. Separo mulai jalan karena tenda sudah terlanjur dibongkar. Lalu tiga orang mengawal teman yang mendadak sakit, bisa jadi perutnya kaget. Aku bersama 2 orang ibu jalan dulu, kami sepakat untuk menunggu di persimpangan dengan jalur Butuh. Sebelum aku meninggalkan mereka, kupesan untuk segera minum antangin. Sambil menunggu obat bekerja, aku pun melangkah.

Baru saja kami bertiga sampai di persimpangan, 3 yang lainnya telah menyusul. Lalu kami pun kembali bergegas untuk menuruni setapak terjal. Hingga akhirnya kami pun tiba di Pos 2. Segera HT kami aktifkan dan menghubungi pihak BC untuk menyediakan jasa ojeg. Agak lama kami beristirahat di Pos 2, lalu kami pun kembali melangkah. Hingga akhirnya kami semua tiba di Pos Ojeg, dan mereka pun telah siap untuk menjemput. Meliuk motor meniti jalan yang tidak rata hingga akhirnya sekitar pukul 14.50 kami pun tiba di BC dengan selamat.



Sejenak beristirahat sekaligus membiarkan raga untuk kembali beradaptasi dengan suhu bawah. Sekitar 30 menit kami berbincang asik dengan warga lokal yang sekaligus mengelola BC. Lalu kami tepat pukul 15.30 meninggalkan BC untuk menuju tempat tinggal kami masing-masing. Dan aku serta isteriku pun tiba di rumah tercinta sekitar pukul 18.30.

 

Ø  Akhirnya

Pendakian Sumbing via Adipuro ini adalah bagian dari caraku untuk menziarahi diri, dan merenunginya. Ada banyak perjumpaan. Melalui peristiwa ini, aku semakin mengenal diriku dengan kurang dan lebihku, serta menemukan tekad untuk segera memperbaikinya. Terimakasih untuk semua orang yang mendukung peziarahan ini, terutama untuk 6 sobat sepetualangan. Terimakasih setapak Sumbing, biarkan bijakmu menjadi pelita hidupku. Terimakasih Tuhan untuk segala yang Engkau beri. Bila masih ada sehat dan celah waktu aku pasti akan kembali. Kembali berziarah untuk menemukan makna agar semakin dewasa dalam merasa, berpikir, berkata, dan bertindak.

 

Ø  Tips Mendaki gunung Sumbing Via Adipuro

1.      Persiapkan fisik, mental dan peralatan.

2.      Registraksi dilayani 24 jam. Tetapi alangkah baiknya bila sebelumnya sudah memberi tahu (=kabar) ke BC.

3.      Sebelum mendaki dan setelah mendaki harap melaporkan diri ke BC tujuan untuk data dan demi keamanan.

4.      Jalur Adipuro relatif sepi.

5.      Jalur Adipuro ini memiliki pemandangan yang keren.

6.      Bagi yang suka nenda, nendalah di pos 3, aman dan keren, deket dengan sumber air.

 

Ø  Estimasi Waktu Pendakian Gunung Sumbing via Adipuro

1.      Basecamp - Pos Ojek : 15-20 menit

2.      Pos Ojeg - Pos 2: 30 menit

3.      Pos 2 - Pos 3: 2 jam

4.      Pos 3 - Pos 4 : 1,5 jam

5.      Pos 4 - Puncak: 1 jam 20 menit