Kamis, 22 Desember 2016

catatan perjalanan Sumbing via Banaran

SUMBING VIA BANARAN: JALUR PENDAKIAN TER-SAFETY
Oleh: Heri


Salam Rimba, Salam Petualang, Salam Lestari, Salam Persahabatan. Selamat berjumpa dengan kisah yang berbeda walau pada setapak yang sama. Jaman boleh berubah, namun pengalaman tetaplah personal. Banyak cara mengabadikan peristiwa hidup. Salah satunya adalah dengan merekam peristiwa. Ada banyak metode. Sekarang ini merupakan era digital dan visual. Maka, informasi yang disampaikan pun mengarah pada rekaman video atau film. Berbagi info dengan tulisan mulai ditinggalkan. Minimnya informasi tertulis di internet tentang jalur gunung Sumbing via Banaran inilah yang mengusik hatiku untuk mencoba membagikan sepercik kisah, pengalaman singkat dalam menapakinya.
Dewasa ini, dunia pendakian bukan sesuatu yang asing. Bahkan cenderung udah biasa. Pakai banget lagi. Kendati demikian, yang namanya hoby tetaplah memanggil untuk dituruti. Jalur-jalur resmi pendakian selalu dijejali pendaki beserta sisa-sisa pendakiannya. Maka, ketika ada informasi mengenai jalur baru, saya selalu tergelitik untuk mencobanya. Ada tantangan di sana. Namun yang paling utama adalah sepinya jalur. Kesunyian gunung, selalu mendulang rindu dalam kalbu. Entah mengapa saya selalu rindu bercumbu dengan kesunyian gunung. Mungkin ada damai di sana atau bisa lebih dari pada itu. Mari kita simak, ….

 Sekilas tentang  Gunung Sumbing
Gunung sumbing sering dipahami sebagai salah satu gunung kembar. Sedangkan kembarannya adalah gunung Sindoro. Gunung Sumbing terletak di 4 kabupaten Temanggung- Wonosobo-Purworejo-Magelang Jawa Tengah. Salah satu daya tarik dari gunung ini adalah keindahan kawahnya. Gunung Sumbing juga terkenal sebagai gunung tertinggi ke-2 di Jawa Tengah setelah gunung Slamet dengan ketinggian 3.371 mdpl. Gunung Sumbing menempati urutan gunung tertinggi ke-3 di Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet.
Gunung Sumbing merupakan salah satu gunung api yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Bersama-sama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari arah Temanggung. Celah antara gunung ini dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan kota Temanggung dan kota Wonosobo. Jalan ini biasa dijuluki sebagai "Kledung Pass”.
Jika ada pendaki yang menyebut istilah “Expedisi triple S” Gunung Sumbing termasuk didalamnya, melengkapi gunung dengan awalah huruf “S” lainnya, yaitu Sindoro, Sumbing dan Slamet.
Gunung sumbing memiliki beberapa puncak, yaitu puncak Buntu, puncak Kaliangkrik (Sejati), puncak Kawah, dan puncak tertingginya adalah puncak Rajawali. Untuk menuju puncak Sumbing sebenarnya ada banyak jalur, yakni via Garung, via Cepit, via Bawongso, via Mangli Kaliangkrik, dan via Butuh Kaliangkrik, via Lamuk, via Sipetung dan yang terbaru adalah via Banaran Temanggung.
Gunung Sumbing via Banaran
Gunung sumbing via Banaran, kecamatan Tembarak, kabupaten Temanggung belumlah sebagai jalur resmi. Ijin dari TNGS masih dalam proses. Jalur ini baru dibuka pada bulan Agustus 2016. Maka tidak mengherankan bila Sumbing via Banaran ini untuk sebagian orang agak awam bahkan asing dan tidak kenal atau belum tahu.
Kendati jalurnya belum resmi, namun tim pengelola patut diacungi jempol. Menjelang pendakian ramai, pasti tim SAR setempat akan siap sedia di Pos 2 dan 3. Alasan yang disampaikan adalah demi menghindari hal-hal yang tidak baik. Dengan kesiapan mereka di pos-pos tersebut, maka ketika ada pendaki yang mengalami situasi tidak baik, akan sangat cepat teratasi atau minimal segera dapat diatasi.
Pengalaman saya, pada saat mendaki jalur ini dan memang ada pendaki yang dievakuasi. Dengan sigap pihak pengelola segera cepat turun tangan, bahu membahu untuk segera mengevakuasi. Sistem estafet mereka terapkan sehingga masing-masing penjaga pos bekerja dan tidak akan menghabiskan tenaga tim pengelola. Selain kesiapan tim SAR setempat, sikap ramah para penduduk menjadi daya tarik yang luar biasa. Keramahan itu juga didukung dengan suguhan segelas teh panas saat datang di base camp dan segelas teh panas saat turun gunung. Oleh karena itu, saya berani menyimpulkan bahwa jalur ini merupakan jalur ter-safety
Jalur pendakian Sumbing via Banaran dapat ditempuh dengan waktu rata-rata 7 sampai 8 jam perjalanan untuk sampai di puncak Kawah / Segara Banjaran. Dari Segara Banjaran nanti bisa ke puncak jalur Sejati/ puncak Buntu/ puncak tertinggi Rajawali. Perjalanan dari Segara Banjaran (sabana yang berada di kawasan kawah Sumbing) untuk mencapai masing-masing  puncak membutuhkan waktu rata-rata 1 jam.

Transportasi menuju Basecamp Gunung Sumbing via Banaran
Saya berangkat berdua (dengan isteri) dari Solo Jawa Tengah. Kami memulai perjalanan dari Solo menjelang sore, sekitar pukul 15.30. Kami menggunakan  sepeda motor. Sebelum memulai pendakian, saya menyempatkan diri untuk searching  peta perjalanan. Tetapi kenyataan jalan tidak sesederhana yang ditampilkan oleh google map. Kami sempat tersesat, kehilangan arah. Bertanya pun banyak orang yang tidak tahu. Namun, kami percaya bahwa desa Banaran, Tembarak, Temanggung itu ada. Akhirnya, kami dipandu oleh pengelola base camp hingga kami sampai di base camp Banaran sekitar pukul 19.30.
Sedikit informasi, untuk menuju base camp Banaran Temanggung yang dari timur (Secang sebagai titik pertemuan dari arah Semarang/utara dan dari Yogjakarta/selatan), sebelum alun-alun Temanggung  nanti ada perempatan, ambil kiri (ada bank BCA). Lebih mudah bila mencari jalan Pahlawan. Ikuti jalan Pahlawan sampai menemukan Makam Pahlawan Temanggung, berarti sebelah kiri jalan. Dari makam pahlawan ini, lurus sekitar 40-50 meter, akan bertemu dengan pertigaan yang sudah ada papan penunjuk jalan arah base camp Banaran.  Tetapi jangan tertipu, di plang penunjuk jalan tersebut tertulis 3 km. Tetapi menurut spidometer motorku sampai 6 km, barulah kami tiba di base camp Banaran.
Kalau masih bingung silahkan menghubungi nomor pengelola, yaitu 081226469505
Atau ikuti IG @sumbingeastroute

Simaksi pendakian Gunung Sumbing Banaran
Untuk simaksi pendakian mudah dan terkoordinir dengan baik. Termasuk tarif ojek juga melalui pengelola. Dengan demikian pendaki diuntungkan karena tidak usah menawar atau nego dengan tukang ojek. Semua telah dikelola oleh base camp Banaran
·         Tiket pendakian = Rp. 10.000/orang 
·         Parkir sepeda motor = Rp. 5.000/orang 
·         Ojek bascamp – Pos 0 = Rp. 15.000/orang
·         NB: tarif ini tidak bersifat tetap. Ada kemungkinan akan mengalami perubahan sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Ringkasan waktu Perjalanan
1.      Base camp – Pos 0 =  jalan kaki 1,5 jam / ojek 15 menit (jarak tempuh 2 km)
2.      Pos 0 – Pos 1 = 1-1.5 jam (jarak tempuh  1,5 km)
3.      Pos 1 – Pos 2 = 45 menit – 1 jam (jarak tempuh  687 m)
4.      Pos 2 – Pos 3 = 45 menit – 1 jam (jarak tempuh 592 m)
5.      Pos 3 – Pos 4 = 45 menit – 1 jam (jarak tempuh 627 m)
6.      Pos 4 – Segara Banjaran = 1,5 – 2 jam (jarak tempuh 2, 1 km)
7.      Segara Banjaran – Puncak = 1 jam
8.      NB: Sumber air ada di atas Pos 4 (jarak tempuh Pos 4-Mata Air sekitar 400 m)


Sekelumit Kisah Pendakian Kami (Aku dan Isteriku)
            Sebuat saja saya adalah Jimanto dan isteriku adalah Regina Nunuk. Telah agak lama kami tidak melakukan pendakian bersama, pendakian hanya berdua. Kesibukan kerja menjadi kan kami sering mengalami kesulitan menetukan waktu agar bisa bercengkerama dengan alam. Hingga pada akhirnya, kami membuat agenda guna mengisi libur nasional 2 hari berturut-turut untuk mendaki gunung Sumbing. Kami memilih jalur baru, Sumbing via Banaran. Biar ada tantangan dan rekreasi-petualangan kian terasa.
            Sabtu-Senin, 10-12 Desember 2016, kami akan membuka diri dalam pelukan damai gunung Sumbing. Usai bekerja, kami masing-masing pulang ke rumah. Segala persiapan telah saya packing Jumat malam. Berharap, Sabtu usai kerja langsung bisa tancap. Sesampainya di rumah, sejenak istirahat, makan siang, kemas-kemas. Tepat pukul 15.30 kami pun berangkat. Selamat datang petualangan. Mari nikmati nga-penture dengan cara masing-masing.
Meliuk motor kesayangan di jalanan. Kadang lambat, kadang cepat, kadang juga biasa-biasa. Sering kali berhenti untuk mengais informasi, agar perjalanan tepat sasaran dan tidak salah tempat. Ketika tersesat dan salah jalan, agap saja sebagai hiburan. Rasanya tidak nyaman bila petualangan hanya lancar-lancar saja. Tersesat dalam ketidaktahuan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari petualangan itu sendiri.
      Hingga kami, tiba di base camp Banaran tepat pukul 19.30. Saatnya istirahat. Sebentar lagi akan berganti medan petualangan, yaitu jelajah setapak gunung dan hutan.


a)      Basecamp Menuju Pos 0
Kami memulai pendakian sekitar pukul 21.15. Setelah bercengkerama dengan penjaga b.camp yang super ramah,  kami memutuskan untuk mengalami sendiri apa yang mereka kisahkan.  Menuju Pos 0 kami menggunakan jasa ojek agar mempersingkat waktu juga mengirit tenaga. Lagian sepanjang hari kami memang belum beritirahat. Maka, tenaga harus dihemat. Selain itu, kami juga sadar bahwa kami telah lama tidak mendaki.
Medan menuju Pos 0 ini lumayan menguji adrenalin. Jalanya masih berupa bebatuan dan nanjak melewati perkebunan warga. Untungnya, kami jalan malam sehingga sensasi kengerian lumayan terkurangi. Jarak tempuh hanya sekitar 2 km, misalkan ditempuh dengan jalan kaki bisa sampe 1,5 – 2 jam. Sekitar 15 menit, kami pun tiba di Pos 0.
Pos 0 berupa tanah datar yang difungsikan untuk menumpuk kompos. Karena di pos ini, merupakan ujung jalan yang bisa dilewati oleh mobil barang. Sehingga di pos ini sangat ramai, karena warga banyak yang berlalu lalang untuk mengambil kompos sebagai pupuk. Di pos ini juga, view nya sudah sangat baik. Untuk penyemangat saat mau nanjak dan obat lelah saat turun.
Tepat pukul 21.30, kami memulia pendakian. Kami mengawali dengan berdoa. Semoga Tuhan menyertai dan melindungi sehingga pendakian akan berjalan dengan lancar dan aman.


b)      Pos 0 Menuju Pos 1 (Seklenteng)
Malam kian merangkak. Ditemani semilirnya angin gunung yang menusuk tulang. Di langit temaram sinar rembulan berbalut dengan cahaya bintang yang malu-malu terus merayu untuk terus melangkah. Namun, tenaga yang renta menjadikan kami terus terengah dan makin terengah.
Tak henti-hentinya kami, berharap agar setapak bukan kian menanjak. Namun yang ada adalah tanjakan kian tak berkesudahan. Saat ada sedikit medan datar, kami pun beristirahat. Jalur ini seolah-olah tidak berujung. Plang penunjuk Pos 1, begitu memenuhi relung imajinasi. Kapan kami bertemu dengan plakat itu. Hingga sekitar pukul 23.00, kami tiba. Sejenak beristirahat. Kami bertemu dengan dua pendaki berasal dari Bekasi yang sedang beristirahat, tidur dalam tenda.
Jalur menuju Pos 1 ini, selepas lading penduduk kamki langsung memasuki hutan. Jalurnya setapak, yang cukup bersahabat, ada landainya dan juga ada tanjakan yang cukup tinggi. Perjalanan  dari Pos 0 sampai di Pos 1 itu sekitar 1-1.5 jam. Di pos 1 ini terdapat sebuah bangunan besar. Di sini terdapat makam yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Banyak orang dating untuk berdoa di sini. Di pos ini, juga terdapat sumber air. Kendati tidak banyak tetapi lumayan untuk membantu persediaan.


c)      Pos 1(Seklenteng) menuju Pos 2 (Siwel-Iwel)
Tidak berapa lama kami beristirahat, kami langsung meneruskan langkah. Kami berharap bisa memperoleh tempat di Pos 3. Sepanjang perjalanan kami tidak bertemu dengan pendaki lain. Pelan-pelan kami terus melangkah. Mata kian berat diserang kantuk dahsyat. Tubuh kian gontai, namun kami tersu memaksa untuk melaju.
Jalur untuk menuju Pos 2 sebenarnya tidak jauh beda waktu menuju Pos 1. Masih didominasi hutan mandingan. Hutan yang cukup rapat, padat. Keadaan ini cukup menguntungkan karena angin tidak akan langsung mengenai tubuh. Sehingga lebih terasa hangat. Kami sesekali beristirahat untuk mengatur nafas. Hingga kami melihat cahaya dalam tenda. Kami pun yakin kalau itu adalah Pos 2. Benarlah keyakinan kami itu. Kami melihat ada 2 tenda, namun semuanya lelap. Ketika kami menyapa tidak ada jawaban. Kami hanya istirahat sebentar, target kami adalah Pos 3.
Sebenarnya, jarak antara pos 1 ke pos 2 tidak begitu. Bila tenaga masih prima mungkin tidak lebih dari 30 menit. Tetapi kami menempuhnya sekitar 45 menit. Di Pos 2 ini terdapat pohon besar dan juga cukup luas bisa menampung sekitar 10 tenda. Tempatnya cukup teduh, terlindung dari sinar matahari, karena pepohonan hutan yang sangat padat.


d)     Pos 2 (Siwel-Iwel) Menuju Pos 3 (Punthuk Barah)
Tenaga yang kian koyak tak mampu menopang gairah kami. Tenaga yang tersisa terus kami genjot agar segera sampai di pos 3. Namun, jalur kian nanjak hebat. Bahkan bisa dikatakan jalur tanpa ada bonusnya. Nafas tua kami makin tersengal. Namun kami memiliki pengalaman untuk tersu bertahan dan berjuang. Hingga kami melihat cahaya-cahaya dalam tenda seperti perkampungan. Berarti pos 3 sudah dekat. Kami makin bersemangat. Namun semangat kami harus kandas berujung kecewa. Tidak ada tempat untuk mendirikan tenda. Semua telah penuh.
Rencana harus diubah. Yang penting lanjut lagi. Saat ketemu area yang bisa untuk mendirikan tenda di situlah kita akan bermalam. Karena menurut info, Pos 4 juga telah penuh, tanpa sisa untuk mendirikan tenda.
Di Pos 3 ini, lahan cukup luas bisa menampung hingga 12 tenda. Suasana cukup nyaman, terhindar dari angiin gunung. Udara terasa hangat karena padatnya hutan pepohonan. Di pos ini juga terdapat tempat istirahat. Pos ini juga merupaka pertemuan jalur Lamuk dan Banaran.


e)      Pos 3 (Punthuk Barah) Menuju Pos 4 (Watu Ondo)
Dalam suasana hati yang kecewa, kami terus melangkah dengan membesarkan harapan segera mendapat tempat yang datar untuk mendirikan tenda. Kami dikuti oleh satu rombongan yang juga mengalami situasi yang sama, tidak mendapat tempat. Awalnya mereka berdesakan di sela-sela tenda. Saat mendengar ada pendaki yang lanjut, mereka juga lanjut. Akhirnya kami bersama-sama berjalan. Namun, kami tidak bisa mengingkari kalau tenaga kami memang sudah sangat terkuras. Akhirnya mereka pun meninggalkan kami. Monggo aja, masih muda.

Menuju Pos 4 jalur semakin menjadi-jadi tidak ada bonusnya. Jalur kian lama kian nanjak terus, dan jalur agak sedikit licin. Selain itu juga penuh dengan patahan ranting-ranting kering yang lapuk dan mungkin ada yang tajam. Maka harus ekstra hati-hati. Sepanjang jalur, mata kami nanar untuk mencari tempat yang bisa mendirikan tenda. Namun, keinginan kami hanyalah keinginan belaka. Hingga kami mendengar sayup-sayup suara riuh pendaki. Berarti pos 4 sudah dekat.
Dari pada kecewa sampai pos 4 tidak dapat tempat mending berhenti, berpikir. Kemudian saya memutuskan untuk membuka lahan guna mendirikan 1 tenda. Lalu dengan segera tanpa menunda waktu segera kuratakan tanah dengan golok kapak yang serba guna. Kami tiba di area ini sekitar pukul 01.30. Lalu kamipun segera mendirikan tenda. Membikin minuman hangat dan istirahat.


f)       Pos 4 (Watu Ondo) Menuju Segara Banjaran
Pagi menjelang, udara begitu segarnya. Terlihat samar-samar dari balik pepohonan pemandangan yang memanjakan mata. Segera kami pun bergegas untuk membuat sarapat. Target hari ini, segera bisa mencapai puncak. Karena musim sulit ditebak. Cuaca tidak dapat diprediksi. Mumpung alam member tanda kalau akan cerah dan bersahabat. Semoga kami, bisa menikmati keindahan Sumbing dengan cuaca yang bersahabat.

Hanya 10 menit kami telah tiba di kawasan Watu Ondho. Sebuah medan yang lumayan menantang terutama untuk yang trauma ketinggian. Isterku pun sempat menyerah dan mau balik. Untung banyak pendaki yang mensport member dukungan untuk terus melewati medan watu ondho ini.

Tantangan berat bagi yang memiliki fobia telah terlewati. Kami pun tiba di pos 4, yaitu pos Watu Ondo. Di pos 4 sangat luas bisa menampung 20 tenda. Banyak pendaki yang mengidolakan untuk bisa camp di pos 4 ini, karena dari sini sunrise sudah dapat dinikmati. Namun, di pos ini rawan badai karena tempatnya terbuka.
tantangan watu ondho

Selepas pos 4 kami melihat papan penunjuk arah menuju mata air. Untuk sumber air kalau musim hujan lancar, tapi kalo kemarau kadang kering. Karena sumber airnya itu dari sungai.

Pelan-pelan kami terus melangkah. Selepas pos 4, medan didominasi oleh sabana. Padang rumput yang luas bahkan amatsangat luas. Tanjakan juga tidak semengerikan di pos-pos sebelumnya. Medan terbuka, maka misalkan ada badai amat sangat rawan. Mata selalu dimanjakan oleh keindahan barisan menghijau. Hamparan tebing-tebing yang berpadu dengan hijaunya sabana yang teramat luas. Amazing. Waktu tempuh untuk menuju sabana kawah Sumbing, dari pos 4 untuk menuju pos Segara Banjaran skitar 1,5-2 jam.


g)      Segara Banjaran Menuju Puncak
Setelah tiba di Segara Banjaran, kami cukup lama menikmatinya.ada imajinasi yang muncul ketika ada dalam suasana alam yang baru. Sebuah fantasi tentang jaman purbakala. Asik aja. Menurut informasi dari Segara Banjaran bisa menuju 3 puncak sekaligus. Kalo ke kiri nanti ke puncak Sejati, kalo ke kanan menuju puncak Buntu Garung, kalo lurus nanti menuju puncak tertinggi Rajawali. 

Setelah cukup menikmati imajinasi yang lahir dari suasana yang fantastis ini, kami meneruskan langkah. Kami langsung menuju kawah. Kami menyempatkan pergi ke makam untuk berziarah, berdoa sebentar kemudian meneruskan langkah. Kabut dating begitu tebal, lalu sempat hujan rintik-rintik. Segera kami pun memakai mantol. Pada saat seperti ini, mental isteriku sedang diuji. Ia hamper menyerah. Berhenti cukup di kawah. Lalu akupun mengajaknya untuk langsung turun. Tidak ada kata berpisah. Satu berhenti yang lain juga. Apa lagi kami, hanya berdua.

Tiba-tiba ia mengubah keputusan, ia mau menemani ke puncak Rajawali. Ritme pendakian pun aku ubah. Dengan sangat santai. Yang penting isteriku mampu menikmati petualangan ini. Mampu mengatasi segala kelemahannya. Hingga akhirnya kami, tepat pukul 11.30, kami tiba di puncak tertinggi Sumbing.

Untuk sementara, kami menikmati keindahan alam dari puncak Rajawali ini. Sungguh kami bersyukur atas kesempatan bisa menikmati keindahan karya Tuhan dari ketinggian Sumbing.
h)     Saatnya Turun
Tepat pukul 12.00 kami turun dari puncak. Sepanjang perjalanan kami disuguh keindahan alam dengan segala dinamikanya. Kadang kabut turun begitu pekat sampai tidak melihat apa-apa. Setelah itu alam terbuka,kami dihadapkan pada bentangan padang rumput menghijau. Keren. Hinngga tepat pukul 14.30, kami tiba di tenda. Sebelumnya kami sempatkan diri untuk mengambil air, sebagai setok dan saatnya membuat menu special untuk makan besar. Makan enak.

Menemukan Makna dari Sebuah Perjalanan

Setiap peristiwa pasti menorehkan makna. Melalui setapak Sumbing via Banaran, kami, khususnya hidupku beserta isteriku semakin dikuatkan dalam mengikatkan hati. Melalui perjalanan, kami semakin dibuka untuk semakin mengerti diri kami masing-masing. Sehingga pada akhirnya, kami makin bisa saling menerima, memberi dan mengisi. Semoga dengan petualangan ini, cinta kami makin kokoh menyatu untuk saling menggiring hidup yang penuh suka cita, penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Terimakasih Sumbing, terimakasi untuk siapapun yang kami jumpai, terima kasih Tuhan atas segala berkat perlindungaMu. Semoga kami, bisa mengulang petualangan seperti ini lagi. Amin.





8 komentar:

  1. Wahhh menarik sekali catatan perjalanannya Pa.....teringat pendakian Oct'16 yang lalu melalui Sipetung dan mendirikan kemah di Jalan Setapak sebelum Tebing Indah...
    Sepanjang jalur terus menanjak tanpa ada bonus track, namun jalur yang masih alami plus Gunung Sindoro yang sepertinya memberi semangat, akhirnya sy sampai di Puncak Buntu.....
    Setelah ini sy akan ke Gunung Lawu menapaki Legenda Prabu Brawijaya V dan Sabda Palon di Puncak Lawu, melihat mitos Jalak Lawu dan mencicipi kuliner Mbok Yem....
    Semangat terus Pa Heri dalam berbagi.....Salam kenal

    BalasHapus
  2. salam kenal jg.

    klo mo bener2 napak tilas Prabu Brawijaya V, silahkan lewat jalur candi ceto. dijamin mantap.

    BalasHapus
  3. jadi makin penasaran smsumbing....tgl 24 besok saya juga rencana mau ke Sumbing via banaran
    Ada info tdk kalau dari solo naik bis??

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba kontak CP base camp yg saya cantumkan. trims

      Hapus
  4. Terimakasih bapak jimanto dan ibu regina yang sudah mampir lewat fia desa banaran
    Salam semua dari desa banaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih jg atas segala keramahan yg diberikan oleh seluruh warga. suatu saat bila diberi kesehatan, saya akan berkunjung kembali, hehe

      Hapus
  5. wah saya jadi bernostalgia melihat tulisan dan foto2nya pak jimanto/bu regina, bulan mei kemarin saya juga ke gunung sumbing via banaran, sayangnya hanya sampai pos 4 tidak sampai puncak rajawali. semoga berkesempatan ke sana lagi.

    BalasHapus
  6. makasih. moga di pendakian berikutnya bisa sampai puncak rajawali

    BalasHapus